Breaking News:

Berita Viral

MENJIJIKKAN! Pria Pesan Nasi Goreng, Tapi Malah Temukan Banyak Belatung di Atas Daging Ayam

MOMEN menjijikkan ketika pria pesan nasi goreng tapi malah temukan banyak belatung di atas daging ayam.

Tiktok @_arstory
MOMEN menjijikkan ketika pria pesan nasi goreng tapi malah temukan banyak belatung di atas daging ayam. 

TRIBUNSTYLE.COM - MOMEN menjijikkan ketika pria pesan nasi goreng tapi malah temukan banyak belatung di atas daging ayam.

Viral di media sosial seorang pria temukan larva lalat atau belatung di atas daging ayam nasi goreng pesanannya.

Peristiwa menjijikkan itu dialami oleh pria pemilik akun Tiktok @_arstory.

Dalam video tersebut, ia memperlihatkan nasi goreng topping ayam yang ia pesan.

Namun setelah diamati lebih lanjut, di irisan daging ayam itu terdapat belatung yang bergerak-gerak.

Tak hanya satu, ada banyak belatung di atas irisan ayam tersebut.

Pria Ini Pesan Nasi Goreng
Pria Ini Pesan Nasi Goreng Tapi Malah Temukan Belatung Menari-nari di Atas Daging Ayam

Baca juga: Bau Banget! Mahasiswa Baru UII Diare Akibat Keracunan Nasi Kotak, Ayam Basi, Sayur Ada Belatung

“Emang boleh kah? tuh lihat,” ucap perekam video.

Video itupun mendapat banyak komentar dari para netizen.

@KaSumi room “menu spesial bang dengan ekstra protein”

@Tacha “kalo beli nasi padang gw skrg selalu liatin ayam nya pake senter cuy, takut kekgini. soalnya kadang ayam nya daging luar masih enak, di dalem tengik”

@jonguNoona “gw trauma makan ayam dri manapun kudu gw senter dlu pkoknya dipastikan gaada apa2pdhal dlu langsung ha”

@pelina “ayam udah ada toping gtu ga bau kah kak?kok smpe penjual diem aja”

Tidak diketahui pasti dimana insiden itu terjadi.

Namun dari lokasi yang ditandai oleh pengunggah, video itu direkam di Kalimantan Tengah.

Mimpi Makan Belatung, Pemuda Ini Jadi Fobia Nasi Putih, Ibu Punya Solusi Jitu: Dikasih Pewarna

Siapa sangka, ternyata ada orang yang fobia nasi putih.

Salah satunya adalah pemuda asal Banjarnegara berikut ini yang tidak sanggup memakan nasi putih karena fobia.

Sang ibunda akan mewarnai beras biasa dengan pewarna makanan hingga menjadi nasi merah muda untuk mengakalinya.

Seperti apa kisah lengkapnya?

Baca juga: Kisah Pria Isolasi Selama 55 Tahun, Tetangga Kasih Makan Dilempar dari Pagar: Fobia pada Wanita

Nasi putih
Nasi putih ()

Nasi adalah makanan pokok masyarakat Indonesia. Hampir sebagian besar masyarakat terutama yang tinggal di Pulau Jawa, makan nasi setiap harinya dengan olahan sayur dan lauk pauk yang bervariasi.

Meski begitu, ternyata ada beberapa orang yang justru memiliki fobia terhadap nasi putih, sehingga enggan bahkan tidak sanggup memakannya.

Kharel (22), warga asal Banjarnegara adalah salah satunya. 

Ia mengunggah foto nasi putih yang diwarnai dengan pewarna makanan merah lewat akun X (dulu Twitter) @FOODFESS2.

Dia mengaku terkena fobia nasi putih. Sehingga ia memiliki kebiasaan makan nasi merah.

Jika tak ada beras merah, maka sang ibunda akan mewarnai beras biasa dengan pewarna makanan hingga menjadi nasi merah muda.

Lantas, bagaimana awal mula Kharel fobia nasi putih?

Berawal dari mimpi makan belatung

Kharel tidak mengalami fobia nasi putih sejak lahir. Dia bercerita pernah mengalami sakit hingga harus opname di rumah sakit pada 2019.

"Ketika aku lagi tidur, aku mimpi. Di mimpi itu, aku sedang memakan nasi tapi ketika nasi itu masuk ke mulut di dalam berubah menjadi belatung," ceritanya kepada Kompas.com, Minggu (12/11/2023).

Kharel yang saat itu masih berusia 18 tahun lalu bangun dari tidurnya. Beberapa saat kemudian, tiba waktunya dia makan makanan dari rumah sakit.

Pihak rumah sakit menyuguhi bubur nasi yang teksturnya kasar. Bubur yang tidak halus itu membuat butiran nasinya masih terlihat.

Kharel langsung teringat kejadian di mimpi yang ia alami. Dia melihat bulir nasi mirip dengan belatung yang ada di dalam mimpi.

"Lalu aku bilang ke mama, 'Mah, aku gamau makan ini. Aku takut dan geli mau muntah,'" lanjutnya.

Ibu Kharel awalnya mengira dia merasa geli dan mau muntah karena masih sakit, sehingga kondisi itu membuatnya kehilangan nafsu makan.

Tapi selama rumah sakit itu Kharel tetap tidak mau makan. Nafsu makannya pun menurun. Akhirnya, dia hanya bisa makan roti selama tiga hari di rumah sakit.

Karena selalu menolak makan nasi, sang ibu lalu bertanya alasannya. Kharel menjawab kalau dia selalu terbayang belatung sehingga takut makan nasi.

"Jadi, mulai dari situ, mama tahu aku sudah fobia dengan nasi," imbuh dia.

Berusaha mencari pengganti nasi putih

Ketakutan terhadap nasi membuat Kharel mencari alternatif karbohidrat lainnya. Selama tujuh bulan, dia makan oatmeal atau kentang sebagai pengganti nasi.

Dia juga mencoba makan nasi jagung atau nasi tiwul yang dibuat dari singkong. Kedua olahan ini dia konsumsi sampai satu setengah tahun lamanya.

"Lalu, aku di-support cowok aku supaya belajar makan lontong atau ketupat. Itu juga bertahan sampai satu tahun lebih," ceritanya.

Sang ibu lalu menyarankan agar Kharel mencoba makan nasi goreng. Dia berusaha melakukannya meski merasa ragu.

Saat awal makan nasi goreng, dia merasa sulit bernapas dan tidak mau melihat nasi gorengnya. Kharel perlahan berani makan nasi goreng meski hanya sedikit. Itu pun sulit karena tubuhnya terasa dingin dan merinding.

Tak hanya takut makan nasi, dia juga takut mencuci beras. Kharel merinding saat melihat beras yang dianggapnya mirip belatung.

Untungnya, berkat dukungan ibu dan pacarnya, Kharel mulai berani makan nasi. Namun, nasi yang bisa dimakan harus berwarna.

Misalnya, nasi merah, nasi goreng dengan kecap banyak, atau variasi nasi lain yang diwarnai sehingga tidak berwarna putih.

"Aku fobia dengan nasi putih itu sudah hampir 5 tahun dihitung dari 2019 bulan Maret," ungkapnya.

Meski memiliki ketakutan dengan nasi putih hingga saat ini, Kharel mengaku belum merasa perlu melakukan terapi atau pengobatan.

Dia bercerita, psikiaternya pernah menyarankan agar dia harus terapi. Namun, saran itu belum dilakukan karena dia sudah bisa makan nasi merah.

"Cuma aku masih suka kesulitan kalau makan di luar (rumah) karena nasi merah jarang sekali disediakan di rumah makan," tambahnya.

Karena itu, Kharel lebih memilih memesan menu selain nasi putih saat makan di luar rumah.

Ilustrasi fobia
Ilustrasi fobia (therecoveryvillage.com)

Penyebab fobia

Dokter Spesialis Kedokteran Fisik & Rehabilitasi Universitas Indonesia (UI) Leonardo Daniel Mustopo menjelaskan, fobia yang dialami Kharel terjadi karena otaknya mengasosiasikan nasi mirip belatung.

"Proses asosiasi itu dibarengi emosi. Belatung yang bergerak membuat timbul perasaan tidak nyaman dan geli," ujar dia.

Saat melihat belatung tersebut, otak akan mengirim tanda bahaya. Ini membuatnya bersikap melawan, berlari, atau justru terpaku diam.

Pada penderita fobia, tanda bahaya muncul meskipun tidak di depan hal yang membahayakan. Ini terjadi karena otak mengaitkan suatu hal yang biasa saja dengan sumber ketakutannya.

"(Akibatnya) timbul deg-degan, takut, berkeringat, tekanan darah tinggi, atau sakit fisik," tambahnya.

Leonardo mengatakan, penderita fobia yang tidak terlalu terancam kesehariannya bisa saja tidak menjalani perawatan. Namun, orang yang terganggu perlu diatasi kondisinya.

Terapi mengatasi fobia

Terpisah, psikolog dari Unika Soegijapranata Semarang Christin Wibhowo mengungkapkan, seseorang dapat mengalami fobia karena berbagai alasan.

"Fobia terjadi ketika ketakutan itu tidak proporsional dengan bahayanya. Stimulus dan responsnya tidak tepat," jelasnya.

Menurut Christin, penderita fobia bisa mengatasi kondisinya dengan mengulangi hal yang membuat fobia. Contohnya, mencoba makan nasi putih meskipun sambil takut. Lama-lama, dia akan tidak lagi trauma.

Selain itu, ada metode yang aman untuk menghilangkan fobia bernama desensitisasi sistematis. Penderita dibuat tidak lagi sensitif dengan hal yang membuatnya takut.

Caranya, penderita fobia belajar melihat hal yang ditakuti dengan jarak tertentu. Kalau takut, dia diminta rileks dan ambil napas.

Ketika mulai tidak takut, hal yang ditakuti tadi diletakkan dengan jarak semakin dekat dengan penderita. Langkah ini terus dilakukan sampai jarak keduanya berdekatan.

Sebaliknya, ada juga metode lebih ekstrem dan membutuhkan bantuan psikolog bernama flooding atau pembanjiran.

Penderita fobia akan disiram atau ditempeli hal yang ditakuti dalam jumlah banyak seperti satu piring atau ember. Tindakan ini tentu membuatnya sangat ketakutan.

"Teori mengatakan, orang yang sudah sangat takut, ketakutan itu akan setop dan menurun," imbuh Christin.

Baca juga: Ruben Onsu Fobia dengan Lagu Ulang Tahun, Suami Sarwendah Sampai Nangis Kejer: Gue Trauma

Tidak makan nasi tidak masalah

Di sisi lain, dokter sekaligus ahli gizi komunitas Tan Shot Yen mengatakan orang yang tidak makan nasi dan mengganti dengan sumber karbohidrat lain itu tidak apa-apa.

"Prinsipnya kan manusia butuh karbohidrat. Sesuai dengan di mana manusia itu tinggal, variasi karbohidratnya berbeda-beda," ucapnya.

Tan menyebut, orang yang makan sumber karbohidrat selain dari nasi perlu menyesuaikan porsi dan kalori yang terkandung di makanan pengganti berdasarkan kebutuhannya.

Berikut sumber karbohidrat selain nasi dan porsi yang harus dikonsumsi agar memenuhi kebutuhan zat yang diperlukan.

  • Nasi 100 gr: kalori 129 kkal, karbohidrat 27,9 gr, protein 2,66 gr, lemak 0,28 gr
  • Jagung 100 gr: kalori 355 kkal, karbohidrat 73,7 gr, protein 9,2 gr, lemak 3,9 gr
  • Singkong 100 gr: kalori 160 kkal, karbohidrat 38,06 gr, protein 1,36 gr, lemak 0,28 gr
  • Sagu 100 gr: kalori 355 kkal, karbohidrat 94 gr, protein 0,2 gr, lemak 0,05 gr
  • Ubi jalar: kalori 86 kkal, karbohidrat 20,12 gr, protein 1,57 gr, lemak 0,05 gr

(TribunJateng.com/Like Adelia).

Artikel ini diolah dari TribunJateng.com

Sumber: Tribun Jateng
Tags:
belatungayamnasi gorengberita viral hari ini
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved