Breaking News:

Berita Viral

PERJUANGAN Ibu Guru Tempuh 200 Km Setiap Hari untuk Mengajar 2 Siswa, Sering Numpang Truk Lewat

Maria Dominguez mengajar di sekolah yang berjarak 108 kilometer dari rumahnya, membuatnya menempuh jarak 200 km setiap hari untuk mengajar 2 siswanya.

Editor: Amirul Muttaqin
BBC NEWS INDONESIA via KOMPAS.com
Maria Dominguez tempuh jarak 200 km setiap hari untuk mengajar 2 siswanya. 

Ada saat-saat ketika tidak ada yang mau menumpanginya saat hendak pulang. Dalam situasi itu, Maria harus kembali ke sekolah dengan sepeda motor sebelum matahari terbenam.

Sebab, jalan tanah dan berbatu tidak mungkin dia lewati dalam keadaan gelap, mengandalkan lampu sepeda motor yang sangat redup dan ternak yang berkeliaran di ladang.

Baca juga: Banyak Siswa Kelas 1 Tertidur di Meja, Ibu Guru Syok Ternyata Pada Mabuk, Ada Siswa yang Bawa Bir!

Ibu kedua

Maria mengendarai sepeda motor sejauh 1,5 kilometer melintasi jalan tanah yang berkelok-kelok. Di rute ini, dia melewati sekolah-sekolah pedesaan lainnya serta sebuah stasiun kereta api yang tidak berfungsi sejak 1990-an sehingga relnya diselimuti rumput.

Sepeda motor itu menempuh jarak 12 kilometer hingga tiba di tujuan pada pukul 09.45 hingga 09.50, dengan jeda waktu yang singkat untuk menunggu kedatangan Julana dan Benjamin, lalu memulai kelas pada pukul 10.00.

Mengapa sekolah hanya dibuka demi dua orang murid?

“Ada berbagai alasan mengapa anak-anak perlu bersekolah di sekolah ini: karena tempat tinggal mereka jauh dan sekolah ini adalah yang terdekat; karena pekerjaan orang tuanya, sehingga anak ditinggalkan di sini dalam perjalan mereka; atau karena ada ngarai yang kerap hujan sehingga sekolah yang bisa mereka akses adalah sekolah ini," jelas Maria.

Sekolah Paso de la Cruz del Yí tampak seperti rumah yang dibangun dari balok-balok dan atap pelana.

Sekolah ini memiliki ruang kelas, dua kamar mandi, dapur, dan kamar tidur kecil yang tidak dihuni.

Namun Maria menyimpan kasur dan selimut di kamar itu untuk berjaga-jaga jika suatu hari dia harus bermalam di sana.

Benja tiba bersama ibunya, Carla, yang sejak akhir Maret lalu dipekerjakan untuk membersihkan sekolah dan memasak untuk anak-anak. Sebelum Carla direkrut, Maria harus mengurus semuanya sendirian.

Setiap dua pekan, dia pergi ke supermarket untuk membeli bahan makanan dan produk pembersih yang diperlukan di sekolah.

Dengan menu yang ditentukan oleh ahli gizi dari Badan Administrasi Publik, dia mencari bahan-bahan yang kemudian dimasak oleh Carla untuk anak-anak dan dirinya sendiri.

Mengajar dua siswa yang berbeda usia secara bersamaan tidaklah mudah.

Ketika yang satu harus belajar perkalian dan pembagian, yang lebih muda belum bisa membaca atau menulis.

Oleh sebab itu, Maria biasanya memulai kelas dengan membahas apa yang ingin diceritakan oleh anak-anak itu.

Selanjutnya, ketika mereka melanjutkan pelajaran masing-masing, Maria mencari cara agar kedua muridnya bisa bekerja sama, meskipun cara belajarnya berbeda.

“Dengan instruksi yang sama, saya bisa meminta yang kecil menggambar dan yang lebih tua menulis. Kalau ada kerajinan tangan, saya bisa melibatkan yang tua untuk membantu yang kecil,” ujarnya.

"Sangat sayang kalau dipisahkan, lalu setiap murid berkutat di dunia kecilnya masing-masing," tambah Maria.

Pada tengah hari, mereka memiliki waktu istirahat selama satu jam untuk makan dan bermain. Sekolah lalu berakhir pada pukul tiga sore.

Karena jumlah orang di sekolah ini sangat sedikit, mereka pun menjadi sangat akrab.

“Anak-anak berkali-kali memanggil saya mama. Ini tidak bisa dihindari, karena kami sangat akrab,” kata Maria.

Setelah mengakhiri jam belajar, Maria pun kembali ke pertanian mengendarai Eco dan menitipkannya.

Dia lalu kembali berdiri di pinggir jalan, menanti tumpangan selanjutnya.

(BBC News World/ Felipe Llambias)

Diolah dari artikel di KOMPAS.com

Baca artikel lainnya terkait berita viral

Sumber: Kompas.com
Tags:
Maria DominguezUruguayguru
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved