Breaking News:

Berita Viral

10 Aturan Aneh Dosen di Aceh, Mahasiswa Harus Panggil 'Yang Mulia' hingga HP Ada Aplikasi TikTok

VIRAL 10 aturan nyleneh dosen di Aceh, mahasiswa harus panggil 'Yang Mulia' hingga HP ada aplikasi TikTok.

Tiktok/@silvandrie
VIRAL 10 aturan nyleneh dosen di Aceh, mahasiswa harus panggil 'Yang Mulia' hingga HP ada aplikasi TikTok. 

TRIBUNSTYLE.COM - VIRAL 10 aturan nyleneh dosen di Aceh, mahasiswa harus panggil 'Yang Mulia' hingga HP ada aplikasi TikTok.

Dosen tamu di Aceh viral karena membuat aturan nyleneh untuk mahasiswanya.

Mulai dari tak mau dipanggil ‘pak’, tetapi ingin dipanggil Yang Mulia hingga mengharuskan ponsel mahasiswa ada aplikasi TikTok.

Aturan ini viral setelah dosen bernama Silvandrie Abriyan ini mengunggah chat grup mahasiswanya di Tiktok miliknya @silvandrie pada Minggu (24/9/2023).

Dalam unggahan itu, Dosen Psikologi Sumber Daya itu membagikan beberapa tangkapan layar grup dirinya dengan mahasiswa yang di ampu.

Ia juga membagikan rules perkuliahan yang ditujukan untuk mahasiswanya.

Dalam rules itu, Silavndrie tak ingin dipanggil dengan sebutan ‘pak’ pada umumnya.

Viral Dosen di Aceh Tak Mau Dipanggil ‘Pak’ oleh Mahasiswanya, Tapi Panggil 'Yang Mulia'
Viral Dosen di Aceh Tak Mau Dipanggil ‘Pak’ oleh Mahasiswanya, Tapi Panggil 'Yang Mulia' (Tiktok/@silvandrie)

Baca juga: Nasib Mbak Bercyandya UGM Disentil Dosen Gara-gara Bolos Kuliah Demi Syuting, Bakal Kena Sanksi?

Namun dirinya ingin dipanggil dengan sebutan ’Yang Mulia’.

“Rules kelas Praktisk Mengajar by Silvandrie.

1. Jangan pang saya Bapak. Karena saya bukan Bapak2

2. Jangan panggil saya abang, karena saya bukan Abang klen.

3. Panggil saya YANG MULIA

4. Pastikan tiap HP memiliki Aplikasi Tiktok

5. Pastikan bacteria HP terisi penuh

6. Pakai Pakaian TERBAIK kalian.

7. Perempuan sahib make up. Terserah make up gmn

8. Bagi laki2 DILARANG PAKAI SEPATU FUTSAL

9. Ketika kelas Berlangsung, Jangan pura2 nyatat ke anak pintar. Kecuali catat betulan

10. Silahkan berdiskusi apabila realita yang pernah kalian hadapi, berbeda degan yang saya jelaskan,” tulis Silvandrie.

Peraturan itu pun mendapat banyak sambutan dari mahasiswa Silvandrie.

“Bang yang mulia,” tulis mahasiswa bernama Farah.

“Siap yang mulia,” tulis mahasiswa lain.

Tak behenti disitu, Silvandrie ternyata sudah menyiapkan panggilan untuk mahasiswanya.

Ia pun membagikan kembali tangkapan layar chatnya yang berisi tentang nama panggilan untuk mahasiswa.

“1. Informasi: setelah saya pertimbangkan dan mengkaji dari berbagai literais. Saya sudah menetapkan panggilan untuk kalian, bagi Pria saya akan sebut My Lord dan bagi Perempuan adalah My Lady,” 

Menurutnya, panggilan itu adalah panggilan kehormatan darinya untuk para mahasiswa calon pemimpin bangsa.

Unggahan kocak dari Silvandrie ini pun menuai banyak komentar dari netizen.

@Rosie “MAY LORD AND MY LADY YAAMPUN TOLONG BUTUH DOSEN KAYAK YANG MULIA SATU DI JURUSAN DAN KAMPUSKUUUU”

@Jiraaa “yang mulia mohon izin lewat”

@Yeni Pramita (bukan Paramita) “tolong lanjutannya yang mulia.. saya merasa muda membaca grup nya yang mulia.”

@irena “ijin ngakakkk yg muliaa”

Dilansir dari akun Linkedin, Silvandrie sendiri adalah seorang HRD di sebuah rumah sakit di Kota Banda Aceh.

Ia lulusan Sarjana Psikologi Univeristas Sumatera Utara.

Dirinya pun tergabung dalam program Praktisi Mengajar di sebuah kampus untuk mengajar mahasiswa Psikologi.

SOSOK Imam Fitri Rahmadi, Anak Petani dari Klaten Lulus S3 di Austria, Kini Sukses Jadi Dosen

INSPIRATIF inilah sosok Imam Fitri Rahmadi, anak petani dari Klaten yang lulus S3 di Austria, dulu hanya ingin jadi guru kini sukses jadi dosen.

Bisa menempuh pendidikan tinggi di luar negeri dengan beasiswa merupakan impian bagi anak-anak di Indonesia.

Salah satu anak negeri yang beruntung itu adalah santri yang juga anak petani asal Desa Dengkeng, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Imam Fitri Rahmadi (32).

Rupanya ia baru saja menyelesaikan studi S3 Department of Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM) Education, Linz School of Education (LSEd), di Johannes Kepler Universität Linz, Austria.

Kepada TribunSolo.com, ia menceritakan perjuangannya sebelum mendapat beasiswa.

Lahir dari pasangan Sugiarto dan Sudiyem, yang bekerja sebagai petani dan guru. Imam Juga anak pertama dari 3 bersaudara.

Imam Fitri Rahmadi
Imam Fitri Rahmadi saat ujian promosi doktor (PhD defence) di Linz School of Education (LSEd), Johannes Kepler Universität Linz, Austria pada Jumat (15/9/2023).

Baca juga: KISAH Pilu Terlilit Pinjol, Utang Rp9 Juta Jadi Rp19 Juta, Diteror Debt Collector Lalu Akhiri Hidup

"Ibu saya guru SD, dulu ibu juga minta anaknya jadi guru juga," ujar Imam.

Dia sebelumnya menempuh pendidikan pesantren di Al Mukmin Ngruki, Sukoharjo pada 2002 – 2005. 

Kemudian ia memilih mengambil S1 jurusan pendidikan agama Islam.

"Saat itu saya lihat peluang guru pendidikan agama Islam masih sedikit, jadi kalau lulus masih bisa diangkat (PNS)," ucapnya.

Namun, sesaat sebelum lulus Imam kepikiran untuk menempuh pendidikan lebih tinggi lagi.

"Saya tertantang untuk melebihi ekspektasi orang tua, dan juga terinspirasi dari dosen saya yang kuliah di luar negeri. Kok pinter-pinter, jadi saya kuliah lagi S2," kata dia. 

"Setelah itu ada niatan pengen pendidikan lebih tinggi sampai puncak," tambahnya.

Ia lalu berkeinginan melanjutkan S3 di luar negeri, hingga dia mencoba mencari informasi terkait beasiswa.

Imam akhirnya mendapat informasi adanya beasiswa dari Kementerian Pendidikan di Indonesia yang bekerjasama dengan Kementrian Pendidikan Austria.

"Ada teman dosen yang kuliah di luar negeri kasih informasi beasiswa itu, sebelumnya juga ikut program talent scouting dari Dikti. Lalu di prioritaskan ikut Peningkatan Keterampilan Bahasa Inggris (PKBI) selama 3 bulan," jelasnya.

Berangkat ke Austria tahun 2019, Ia merampungkan studi di Department of Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM) Education tahun 2023.

Disertasinya berjudul Exploratory Studies of User-generated Micro games for Supporting Learning (Studi Eksplorasi Game Mikro Buatan Pengguna untuk Mendukung Pembelajaran), membuatnya meraih gelar PhD.

"Tesis saya tentang game kecil untuk mendukung pembelajaran, singkat namun penuh makna dan menyenangkan," kata Imam.

Ketersediaan game mikro buatan pengguna Internet (user-generated microgames) yang semakin banyak dan mudah ditemukan pada platform pembelajaran terbuka (open learning platform), namun masih minim digunakan untuk mendukung pembelajaran. 

“Riset yang saya lakukan didasari atas keprihatinan akan kondisi pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika di sekolah dasar di Indonesia,” tuturnya.

Temuan penelitian sendiri berimplikasi kepada para pengguna (users) platform pembelajaran terbuka untuk memperhatikan tujuan pembelajaran, karakter terbaru, dan kemungkinan bermain bersama dalam mengembangkan game mikro. 

Bagi pengajar sendiri, mereka dapat memanfaatkan game mikro buatan pengguna secara kreatif baik untuk menyampaikan materi pembelajaran, menguasai keterampilan, atau meningkatkan literasi.

Penelitiannya pun melibatkan 4 guru Sekolah Dasar di Indonesia dimana tersebar di Jakarta, Depok, Pangkal Pinang, dan Madura.

Imam saat ini bekerja sebagai dosen di Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung dan juga founder Akademik Ekselen Indonesia (Akselensia), selesai menempuh pendidikannya ia ingin meningkatkan kualitas akademik di Indonesia dalam makna seluas-luasnya.

Baik keterampilan berfikir, menulis, penelitian, maupun publikasi ilmiah.

"Ke depan saya terpikir mengembangkan edukasi STEM, baik di Klaten maupun di Bangka Belitung tempat asal Istri," pungkasnya.

(TribunJateng.com/Like Adelia).

Artikel ini diolah dari TribunJateng.com

Sumber: Tribun Jateng
Tags:
TikTokmahasiswadosenAcehberita viral hari ini
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved