Breaking News:

Berita Viral

MERIAHKAN HUT ke-78 RI, Pasien Cuci Darah Semangat Ikuti Lomba Makan Kerupuk di Ranjang Rumah Sakit

VIRAL pasien cuci darah ikut meriahkan HUT ke-78 RI dengan mengikuti lomba makan kerupuk di ranjang rumah sakit.

TribunJateng.com
VIRAL pasien cuci darah ikut meriahkan HUT ke-78 RI dengan mengikuti lomba makan kerupuk di ranjang rumah sakit. 

Demi misi satu Indonesia merdeka

Tercipta dalam lingkup realita

Bahwa sang merah putih, telah kembali bangkit

bahwa sang zamrud khatulistiwa

Masih menjadi paru-paru dunia

Rekam senyum anak Indonesia

harumkan nama bangsa di mata dunia

Tunjukkan kepada dunia

Bahwa zamrud khatulistiwa, bukan sekadar nama!

 

Kusuma Bangsa

Karya UNM

Penjajah mengoyak kedamaian negeri ini

Mereka menindas

Mereka memaksa

Mereka merampas

Perjuangan bangkit melawan

Maju ke medan laga

Memanggul senjata

Menyerukan kebenaran

Perjuangan itu tidak sia-sia

meskipun mereka harus dibayar darah dan nyawa

Indonesia merebut kembali kedaulatannya.

Kita bisa menikmati

indahnya negeri ini

berkat kegigihan dan keberanian

para pejuang sejati

merekalah kusuma bangsa ini

Lanjutkan semangatnya

Kobarkan kegigihannya

untuk membangun Indonesia tercinta

Ilustrasi seorang anak yang sedang membaca puisi
Ilustrasi seorang anak yang sedang membaca puisi (Istimewa)

Sorakan Si Bambu Runcing

Karya Intan Wahyu

Sebut aku "Diranda"

Sang pemberani di masa penjajahan

Kini sudah menang

Berkibar kain dua warna

Menetes air mata ini

Bangsaku telah lahir kembali

Tanah airku yang kalis

Tak akan ku biarkan ternodai lagi

Kami bersorak

Berhentak kaki

Bertepuk tangan

Menatap Sang Merah Putih yang berkibar

Kami berkumpul

Dari ujung ke ujung

Tak saling kenal

Tak tahu nama

Sorakan "Si bambu runcing"

Merdeka!

Merdeka!

Merdeka!

Kini ingat kami

Pejuang yang diceritakan kakek nenekmu

Manusia pribumi

Bersejatakan bambu tajam

Kenanglah kami

Meski nama kami tak tercatat

Titip tanah air

Dengan berani dan tetap suci

 

Pemuda Pahlawan

Karya Riky Fernandes

Gelagat keharuan tercium bagai bangkai kecoa yang mulai hancur.

Waktumu tidak banyak di atas fana.

Rapatkan jari-jemarimu agar sampai menuju menara

Bulatkan tekadmu untuk melawan arus kebencian setiap manusia-manusia itu.

Kukuhkan dua kakimu sampai ke kepala.

Tarik tali pelontar kain merah putihmu.

Usah kau sujud di atas tanah itu.

Tancapkan saja tiang semangatmu setinggi mungkin.

Senyummu kian memanis dengan topi jerami berwarna gelap.

Dan saat itulah kau akan tahu betapa sulitnya hidup.

Dengan hias keringat tanpa peduli hari telah mencapai senja.

 

Harapan Remaja Indonesia

Karya Mentista Kusumawati

Tiga setengah abad kita dijajah

Dirundung kegelisahan dan ketakutan

Saat itu jangankan untuk sekolah

Bergerak pun kita tak mampu

Kini saatnya… bangkit

Tuk melanjutkan segala kemerdekaan

yang pernah terukir dulu

Dengan menggali potensi dan budaya

Di dalam negeri ini yang masih terpendam

Demi tanah air kami

Demi Indonesia kami

Mestinya mata kami semakin lelah

Usia kami habis dimakan waktu

Demi negeri kami

Kami rela mati untuknya

Demi bunda tercinta

Kan kami junjung nama harum

Di mana pun kami menginjakkan

Kaki di muka bumi ini

Dan selama itu jantung kami

Putra, Putri bangsa masih berdetak

Darah dalam diri kami masih mengalir

Kami kan tetap sekuat tenaga

Hingga tetes darah penghabisan

 

17 Agustus

Karya A.J Anwar

Orang jahat selalu lebih kukuh dalam niat busuknya

Tak perlu banyak orang untuk merusak sebuah negara

Cukup beberapa koruptor untuk

menyikat ludes uang rakyat

Beberapa pejabat bebal menggagalkan pembangunan

Beberapa politisi memecah belah rakyat

Beberapa provokator licik untuk memicu kerusuhan

Beberapa orang fanatik membenturkan agama

Beberapa tangan terselubung merawat prasangka

Beberapa preman meresahkan masayarakat

Cukup "setitik nila merusakkan susu sebelanga"

Dan bahwa jumlah mereka melimpah, tak pernah cuma seberapa, maka negara hanya punya peluang terbuang

Dan Selamat Hari Kemerdekaan

saudara sebangsa

Selamat Hari Kemerdekaan

Mari berbaris membelanya!

Mengenang oleh Yuliani Megantari.

Muak jadi budak

Mereka maju dengan penuh yakin

Menentang benteng besi bersama

Sembilan obor telah menancap di sudut- sudut bumi

Bumi yang telah basah

Ketika mereka bergegas

Di pintu pagi yang cemas

Aku hanya dapat menanti kabar dari langit dan bumi

Dentang jam berbunyi detik demi detik

Mereka telah pergi

Kembali pada cahaya, yang menjadi air

Mengalir pada muara yang tak pernah berbatas

Kembali pada api, tanah pijakan ibu pertiwi

Terbang ke atas langit tak berlapis yang menyatu bersama udara

Merongga dalam kekekalan

Bumi telah mencatat nama mereka

Pada sebuah puisi yang kurangkai ini

Dan terkenang menjadi dongeng anak negeri.

(TribunJateng.com/Andra Prabasari).

Artikel ini diolah dari TribunJateng.com

Sumber: Tribun Jateng
Tags:
HUT ke-78 RIpasienlombarumah sakitberita viral hari ini
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved