Breaking News:

PROFIL Sapardi Djoko Damono, Sastrawan Legendaris yang Mendunia, Masa Kecilnya di Solo Penuh Makna

Sapardi mulai menulis puisi pada tahun kepindahan dari Ngadijayan ke Kampung Komplang di Solo.

Editor: Amirul Muttaqin
Gramedia
Sastrawan Sapardi Djoko Damono 

Dengan kata lain, Sapardi terus menerus pengembaraan. Jelasnya, dengan masuk ke dalam telinganya sendiri, Sapardi menyusup ke dalam sanubarinya.

Sambil membongkar pasang kata, untuk mendengarkan secara lebih jelas dan terang bisikan yang diucapkan kepadanya.

Sosok Sapardi Djoko Damono menjadi Google Doodle.
Sosok Sapardi Djoko Damono menjadi Google Doodle. (Google)

Menulis Puisi

Pada tahun kepindahan dari Ngadijayan ke Kampung Komplang, Sapardi mulai menulis puisi. Ia belajar menulis pada November 1957.

Ia menulis apa saja, pokoknya tidak mengutip maupun menerjemahkan. Satu bulan setelah belajar menulis, karya yang berupa sajak dimuat di majalah kebudayaan yang terbit di Semarang.

Namun, ia lupa judul sajak yang ditulis dan majalah yang memuat hasil karyanya.

Tahun berikutnya, sajak-sajaknya mulai bermunculan di ruang-runag kebudayaan diberbagai penerbitan seperti penerbitan yang diasuh oleh H.B Jassin.

Saat kecil, Sapardi masuk di Sekolah Rakyat (SR) Kasatriyan yang berada di lingkungan Keraton Kasunanan Surakarta. Setelah tamat SR, ia melanjutkan di SMP II yang lokasinya di wilayah Mangkunegaran.

Kemudian masuk ke SMA II Solo, setekah lulus masuk ke Universitas Gajah Mada (UGM) mengambil jurusan Sastra Barat Fakultas Sastra dan Kebudayaan.

Ia pernah memperdalam pengetahuan tentang humanities di University of Hawaii, Amerika Serikat, pada 1970—1971.

Sejak masuk sekolah, ia sudah bergelut dengan dunia sastra. Ia sering ikut mengisi majalah dinding.

Penyair Sapardi Djoko Damono atau kerap ditulis dengan singkatan namanya, SDD.
Penyair Sapardi Djoko Damono atau kerap ditulis dengan singkatan namanya, SDD. (Tribunnews.com/Herudin)

Memiliki bakat lain

Selain menulis puasi, Sapardi juga sebagai penulis. Ia belajar melukis dari sahabatnya bernama Jeihan.

Persahabatan dengan Jeihan membuka jalan terciptanya patung Sapardi telanjang yang secara khusus diciptkan sang pelukis untuk pameran lukisan Jeihan di Jakarta pada 29 Juli 2005.

Pernah lukisannya dilelang untuk amal bersama dengan beberapa pelukis lainnya. Dari situ, Sapardi mempunyai perhatian yang sangat beragam.

Sumber: Kompas.com
Tags:
Sapardi Djoko DamonoUGMWS RendraSoloGoogle Doodle
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved