Ketahuan Bukan Anak Kandung, Bocah 5 Tahun Ditinggalkan di Sekolah, Keluarga Tak Ada yang Mau Urusi
Bocah 5 tahun di Provinsi Guangxi, Cina ditelantarkan oleh sang ayah di sekolah, pilu hanya dibekali handphone beberapa pakaian ganti.
Penulis: Joni Irwan Setiawan
Editor: Ika Putri Bramasti
Kemudian ia melanjutkan bermain game lagi.
Mendapati pola hidup sang anak, orangtua pun mengamuk.
Namun orangtua yang tinggal di Huyen Thanh, China, tersebut dinilai terlalu keras.
Ibu Xiaowei juga mengamuk ke penjaga warnet yang membiarkan bocah tak pulang 8 hari 8 malam.
Emosinya meledak-ledak, wanita tersebut bahkan merusak warnet tersebut.
Ayah Xiaowei mengatakan bahwa putranya baru saja berlibur, jadi dia hanya bergaul dengan sekelompok teman.
Selama ini mereka telah mencari Xiaowei ke mana-mana.
"Kemudian saya mendengar teman sekelas putra saya mengatakan bahwa Xiaowei mungkin sedang bermain game di warnet tidak jauh dari rumah," kata sang ayah.
Pasangan itu bergegas ke warung internet yang dimaksud.
Benar saja, ada Xiaowei sedang bermain game di sana.
Saat ditemukan, Xiaowei terlihat pucat.
Orang tua Xiaowei sangat marah dan mengamuk di warnet melihat anaknya hidup sembrono.
Xiaowei yang merasa malu karena dimarahi di depan umum juga tak bisa mengendalikan emosi.
Melihat sikap Xiaowei yang tidak mau mengakui kesalahan, ayah memukul anaknya.
Ibu Xiaowei juga sempat mengambil kursi dan menghancurkan dua baris komputer di warnet.
Setelah puas ngamuk, ibu Xiaowei hendak langsung pergi.
Baca juga: Suami Curiga Istri Rajin ke Sekolah Anak, Ternyata Selingkuh dengan Kepala Sekolah: Sudah Tak Cinta

Tapi karyawan di warnet tersebut meminta kompensasi untuk kerusakan yang terjadi.
Sang ibu tidak mau bekerja sama, sehingga staf segera menelepon polisi.
Polisi mengatakan bahwa perilaku anak itu tidak melanggar hukum dan warnet juga mematuhi peraturan terkait.
Pada akhirnya, tindakan spontan wanita itu menyebabkan kerusakan, jadi dia mungkin bertanggung jawab.
Polisi juga mengingatkan bahwa ini adalah tentang cara putra keluarga ini dibesarkan.
Pihak berwajib mewanti-wanti agar orangtua menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak agar tidak tersesat dalam permainan atau dunia "virtual".
(TribunStyle.com/Jonisetiawan/Vidya, TribunTrends/Hanna)