Kisah Pria Pendonor Sperma, Keliling Dunia Jemput Pelanggan, Kini Punya 46 Anak dan 9 Calon Bayi

Kyle Gordy juga berpikir untuk menyumbang melalui bank sperma, tetapi sperma di dalamnya mungkin dibekukan selama bertahun-tahun sebelum digunakan, dan tingkat keberhasilannya tidak tinggi.

Ia lantas memutuskan untuk jemput bola mencari kliennya sendiri.

Dia juga tidak mengesampingkan "senjata asli", menyumbangkan sperma melalui proses berhubungan badan, yang menyumbang sekitar 10 persen dari semua klien.

"Beberapa wanita lebih suka metode tradisional karena mereka tidak ingin membuang waktu dan berpikir itu lebih efektif. Mereka akan bertanya apakah saya boleh berhubungan seks, saya akan menjawab, dan kami akan berbagi hasil tes STD satu sama lain."

Gordy telah melakukan perjalanan ke 13 negara bagian di Amerika Serikat, dan juga telah memulai perjalanan donasi sperma ke luar negeri, mengunjungi klien di Inggris, Swedia, Jerman, Denmark dan Meksiko.

Kathryn dan Alice, pasangan gay muda di Cambridge, Inggris, menerima sumbangan Gordy pada bulan Agustus tahun lalu dan akan menyambut kelahiran anak mereka.

Mereka berterima kasih kepada Gordy karena membantu mereka mewujudkan impian mereka membentuk sebuah keluarga.

Alice menjelaskan bahwa dia sangat tersentuh ketika dia mendengar tentang Gordy melalui seorang teman.

"Kami telah melihat postingannya di stik tes kehamilan positif dan bayi cantik yang lahir dari donor spermanya.

Dia memiliki pengalaman sukses membuat orang hamil, yang membuat kami merasa sangat senang," dan Gordy dengan murah hati memberikan laporan tes STD-nya.

"Seluruh keluarganya berpendidikan baik, dan keluarga itu sebagian besar terdiri dari pengacara, insinyur, ilmuwan, dan programer," sebutnya.

Caitlin menambahkan bahwa mereka lebih memilih Gordy untuk mendonorkan sperma daripada bank sperma, karena sperma lebih segar dan prosesnya lebih rumit di bank sperma.

Bahkan, Gordy selalu bermimpi memiliki anak, tetapi tidak merasa perlu untuk menjalin hubungan.

Tingkat perceraian yang tinggi dan rasa tanggung jawab yang dibawa oleh sistem perkawinan membuatnya putus asa.

Dia tidak mengesampingkan masa depan dengan orang yang tepat, tetapi pihak lain harus dapat menerima bisnis donasi spermanya.