Jual Ginjal Demi Bertahan Hidup, Ini Kisah Pilu Warga Afghanistan di Bawah Kuasa Taliban
Sebagian besar penduduk desa Shenshayba Bazaar di Afghanistan terpaksa menjual ginjal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berikut kabar lengkapnya.
Penulis: Abi Rizki Alviandri
Editor: Ika Putri Bramasti
TRIBUNSTYLE.COM - Desa Shenshayba Bazaar di Afghanistan belakangan ini jadi sorotan karena sebagian besar warganya terpaksa menjual ginjal.
Hal ini mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Sebenarnya tidak mau, tapi nggak ada pilihan lain. Aku melakukannya demi anakku," ujar Nooruddin (32), warga setempat, dikutip dari AFP.
Puluhan tahun konflik Amerika-Taliban membuat kondisi ekonomi Afghanistan berada dalam ambang kehancuran.
Kondisi tersebut makin memburuk usai tentara Amerika Serikat meninggalkan Afghanistan pada Agustus 2021 silam.
Hal ini membuat jual beli organ manusia makin marak terjadi, khususnya di desa Sheyshanba Bazaar, Provinsi Herat, Afghanistan.
Saking banyaknya penduduk desa yang menjual ginjal, daerah ini sekarang dikenal dengan sebutan 'Desa 1 ginjal'.
Nooruddin adalah salah satu dari sekian banyak warga desa Shenshayba Bazaar yang memilih untuk menjual ginjal untuk biaya keperluan hidup.
"Sekarang aku menyesal, jadi nggak bisa kerja," kata Nooruddin.
"Aku merasa sakit dan tidak bisa mengangkat barang-barang berat." lanjutnya.
Baca juga: PILU Driver Ojol Bersujud & Nekat Jual Ginjal ke Baim Wong, Tak Dapat Apa-apa Cuma Diberi Rp 50 Ribu
Jual Beli organ manusia biasanya diatur dengan ketat di kebanyakan negara lain.
Akan tetapi, tindakan ini diperbolehkan di Afghanistan asal pihak donor melakukannya dengan sukarela.
Dilansir dari SCMP, seseorang dapat menghasilkan sekitar Rp21 Juta - Rp57 juta hanya dengan menjual salah satu ginjalnya.
"Kami nggak punya apa-apa," kata Aziza, penduduk provinsi Herat.
"Suamiku hanya bisa menghasilkan 100 Afghanis (sekitar Rp16.000) tiap harinya dari berdagang,"