Sejarah Hari Musik Nasional dan Tanggal Lahir WR Soepratman yang Jadi Perdebatan
Inilah sejarah Hari Musik Nasional dan tanggal lahir WR Soepratman yang menjadi perdebatan.
Penulis: Gigih Panggayuh Utomo
Editor: Ika Putri Bramasti
Namun, sempat terjadi polemik mengenai kebenaran tanggal lahir WR Soepratman.
Terjadi perdebatan oleh beberapa pihak yang beranggapan bahwa tanggal lahir WR Soepratman adalah 19 Maret 1903.
Pendapat ini kemudian didukung oleh keluarga Soepratman dan dikuatkan oleh keputusan Pengadilan Negeri Purworejo pada 29 Maret 2007.
Terlepas dari perdebatan tersebut, penetapan Hari Musik Nasional di tanggal 9 Maret ini memiliki makna dan tujuan agar masyarakat Indonesia lebih menyukai karya musikus Indonesia serta instrumen dan warisan musik khas bangsa.

Mengenang WR Soepratman Sang Maestro Musik
Pemerintah Indonesia memberi WR Soepratman gelar Pahlawan Nasional dan Bintang Maha Putera Utama kelas III pada tahun 1971.
Melansir laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), karier WR Soepratman dalam bermusik tidak terlepas dari peran kakak iparnya, Willem van Eldik.
Ia dihadiahi biola ketika ulang tahunnya yang ke-17.
Bersama dengan Van Eldik, Ia tergabung dalam kelompok musik Black And White Jazz.
Kepandaian WR Supratman dalam bermusik dimanfaatkannya untuk menciptakan lagu-lagu perjuangan.
Ketika tinggal di Jakarta, Soepratman merasa tertantang setelah membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul yang berisikan tantangan terhadap ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan.
Pada tahun 1924, pria kelahiran Meester Cornelis (sekarang Jatinegara) tersebut berhasil menyelesaikan lagu kebangsaan 'Indonesia Raya' ketika tengah berada di Bandung, pada usianya yang baru menginjak 21 tahun.
Sampai akhirnya, WR Soepratman memperdengarkan lagu kebangsaan 'Indonesia Raya' untuk pertama kalinya di depan khalayak umum.
Momen tersebut adalah pada malam penutupan Kongres Pemuda II yang dilangsungkan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober 1928.
Kala itu, WR Soepratman memainkan lagu 'Indonesia Raya' secara instrumental.
Sayangnya, anak dari Abdoelmoein dan Siti Senen tersebut tak pernah mendengar lagu ciptaanya dikumandangkan di Hari Kemerdekaan.
Sebab, ia sudah terlebih dahulu meninggal pada 17 Agustus 1983 karena sakit.
(TribunStyle.com/Gigih Panggayuh)