5 Fakta Kerangkeng Manusia di Rumah Bupati Nonaktif Langkat, Belum Ada Izin, Adanya Dugaan Kekerasan
Isu ini berawal saat Bupati nonaktif Langkat, Terbit Rencana Perangin-angin terjaring OTT KPK atas dugaan penerimaan sejumlah uang.
Penulis: Triroessita Intan
Editor: Ika Putri Bramasti
"(Saat ini) mereka masih ada di situ (kerangkeng)," katanya.
3. Orang tua yang mengantar sendiri 27 orang penghuni sel
Menurut Hadi, 27 orang tersebut diantarkan sendiri oleh orangtua masing-masing.
Bahkan, para orangtua dan menandatangani surat pernyataan.
"Mereka datang ke situ diantarkan oleh orangtuanya dengan menandatangani surat pernyataan. Isinya antara lain, direhabilitasi, dibina dan dididik selama 1,5 tahun. Mereka umumnya adalah warga sekitar lokasi," kata Hadi.
4. Belum ada izin
Kapolda Sumatera Utara Irjen RZ Panca Putra Simanjuntak mengatakan, tempat rehabilitasi yang sudah berlangsung selama 10 tahun tersebut masih belum memiliki izin.
Berdasarkan hasil pendalaman yang dilakukan kepolisian, orang yang berada di dalam kerangkeng adalah warga binaan yang sudah sehat dan dipekerjakan di kebun sawit milik bupati.
"Dan sebagian besar di sana direhab di sana oleh pribadinya, cukup baik. Kesehatannya bagaimana? Sudah dikerjasamakan dengan puskesmas setempat dan Dinas Kesehatan kabupaten," ujar Panca.
Menurutnya, adanya rehabilitasi tersebut niatnya baik, tetapi harus difasilitasi secara resmi.
Panca mendorong BNN Sumut bisa memfasilitasi, yakni diajak dan dibina.
Panca mengatakan, tindakan rehabilitasi itu harus didorong dan harus ditumbuh kembangkan, tentu saja harus legal atau berizin.
Baca juga: VIRAL Pria Tetap Setia Tunggui Sang Mantan Putus dengan Tunangannya, Kini Berakhir Bahagia
Baca juga: Cara Mudah Bikin Emoji Mix yang Viral di TikTok, Gabungkan Dua Emoji Jadi Lucu Lewat Link Ini
5. Dugaan adanya kekerasan
Mengutip Kompas.com, Senin (24/1/2022), Perhimpunan Indonesia untuk Buruh Migran Berdaulat Migrant Care menduga, para pekerja sawit yang bekerja di ladang bukan hanya dikurung selepas kerja, tetapi juga diduga mendapatkan penyiksaan dan sejumlah tindakan tak manusiawi lain.
"Para pekerja yang dipekerjakan di kebun kelapa sawitnya, sering menerima penyiksaan, dipukuli sampai lebam-lebam, dan sebagian mengalami luka-luka," ujar Ketua Migrant Care, Anis Hidayah kepada Kompas.com, Senin (24/1/2022).