Breaking News:

Tokoh Viral Hari Ini

Profil Sariamin Ismail, Novelis Perempuan Pertama di Indonesia yang Jadi Google Doodle Hari Ini

Biodata dan perjalanan karier Sariamin Ismail, novelis perempuan pertama di Indonesia yang jadi Google Doodle hari ini.

Tribunstyle.com/kolase wikimedia/Google
Profil Sariamin Ismail, novelis perempuan pertama di Indonesia yang jadi Google Doodle hari ini. 

Reporter: Amirul Muttaqin

TRIBUNSTYLE.COM - Biodata dan perjalanan karier Sariamin Ismail, novelis perempuan pertama di Indonesia yang jadi Google Doodle hari ini.

Hal menarik tersaji di laman utama mesin pencari Google hari ini, Sabtu (31/7/2021).

Google Doodle menampilkan sosok perempuan yang sedang menulis.

Perempuan itu bernama Sariamin Ismail, seorang novelis perempuan pertama di Indonesia.

Hari ini merupakan peringatan hari kelahiran Sariamin yang ke-112.

Baca juga: Dikenal Gahar di Lapangan, Intip 5 Potret Manja Greysia Polii Bersama Suami, Mesra Banget!

Baca juga: POPULER Hwang Sun Woo, Perenang Korea di Olimpiade Tokyo 2020, Gemetar Didukung Jennie BLACKPINK

Sariamin Ismail Google Doodle (Google)

Lantas siapa sebenarnya sosok perempuan inspiratif dari Indonesia satu ini?

Dikutip dari berbagai sumber, inilah profil Sariamin Ismail selengkapnya.

Biodata

Sariamin Ismail memiliki nama lahir Basariah.

Ia lahir pada 31 Juli 1909 di Talu, Pasaman Barat, Sumatera Barat.

Sariamin meninggal di Pekanbaru, Riau, 15 Desember 1995 pada umur 86 tahun.

Ia merupakan anak kedua dari lima bersaudara, dari pasangan Sari Uyah dan Lau.

Orangtuanya adalah seorang ambtenaar, sebutan untuk pegawai negeri pada zaman Belanda, yang membuatnya bisa mengenyam pendidikan sekolah.

Perjalanan karier

Sariamin Ismail telah menunjukkan bakat menulis sejak dini.

Dalam usia sepuluh tahun, ia telah menulis syair dan puisi.

Sariamain menempuh pendidikan di sekolah guru perempuan Meisjes Normaal School (MNS) di Padang Panjang, 

Dari kehidupan asrama yang dijalaninya sewaktu di MNS, ia menulis catatan dalam bentuk sajak di buku kecil yang ia namakan "sahabatku".

Di sekolah, Sariamain sering mendapat hadiah dari perlombaan menulis karangan prosa dan puisi yang diikutinya.

Bahkan saking seringnya menang dan mendapatkan hadiah, ia tidak lagi diberi hadiah dari lomba meskipun mendapat juara.

Setelah lulus dari MNS, Sariamin mendapat tugas mengajar di Meisjes Vervolg School (MVS) Bengkulu dan bahkan diangkat sebagai kepala sekolah pada 17 Juni 1925.

Sejak itu, ia berpindah-pindah domisili mengikuti tugas mengajar.

(wikimedia)

Selain mengajar, Sariamin juga menjadi aktivis pergerakan dengan mengikuti kegiatan organisasi.

Ia mengetuai perkumpulan pemuda Islam Jong Islamieten Bond bagian wanita untuk wilayah Bukittinggi pada 1928-1930.

Setelah pindah ke Padangpanjang, Sariamin mengetuai cabang SKIS dan menulis untuk majalah Soeara Kaoem Iboe Soematra, majalah yang dikelola oleh perempuan.

Selain itu, ia membagi waktunya untuk mengajar di sekolah swasta Diniyah School dan menjadi pengasuh tetap "Mimbar Putri" di Harian Persamaan.

Menjelang akhir tahun 1930-an, Sariamin menjadi wartawan dan penulis yang cukup vokal di majalah perempuan Soeara Kaoem Iboe Soematra.

Ia mengutuk poligami dan menekankan pentingnya hubungan keluarga inti di Minangkabau lewat Soeara Kaoem Iboe Soematra.

Dalam Harian Persamaan, Sariamin mengkritik ketidakadilan peraturan gaji bagi pegawai wanita, terutama guru wanita.

Ia terus menulis untuk menambah penghasilan sehari-hari dan membiayai kegiatan organisasinya dengan menggunakan beberapa nama samaran untuk mencegah kemungkinan ia ditangkap akibat tulisan-tulisannya.

Dari sejumlah nama samaran yang Sariamin gunakan, ia lebih dikenal dengan nama Selasih yang ia gunakan dalam novel pertamanya.

Sejumlah nama samaran lain yang pernah ia gunakan yaitu Seleguri, Sri Gunung, Sri Tanjung, Ibu Sejati, Bundo Kanduang, dan Mande Rubiah.

Pada pertengahan tahun 1930-an, Sariamin telah menulis untuk majalah sastra Poedjangga Baroe.

Ia menerbitkan novel pertamanya, Kalau Tak Untung pada tahun 1933, yang menjadikannya sebagai novelis perempuan pertama dalam sejarah Indonesia.

Diterbitkan oleh Balai Pustaka milik pemerintah, konon inspirasi novel ini adalah beberapa kejadian nyata dalam hidupnya yaitu tunangannya yang menikahi wanita lain, dan kisah dua sahabat kecilnya yang saling jatuh cinta namun tak bisa bersatu.

Sariamin kembali menerbitkan novel pada tahun 1937 berjudul Karena Keadaan.

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945, ia menghabiskan dua tahun sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah wilayah Riau.

Sariamin tetap menulis dan mengajar di Riau hingga tahun 1968.

Sebelum tahun 1986, ia telah menelurkan tiga antologi puisi dan sebuah cerita anak-anak.

 Ia menulis novel terakhirnya, Kembali ke Pangkuan Ayah pada tahun 1986.

Sebelum wafat pada tahun 1995 Sariamin menerbitkan dua antologi puisi lagi dan sebuah film dokumenter tentang kisah kehidupannya.

Kehidupan pribadi

Sariamin diketahui menikah dengan seorang pria bernama Ismail.

Pasangan ini dikaruniai dua anak, yakni Suryahati Ismail dan Tini Hadad.

Sama seperti ibunya, Tini juga merupakan seorang aktivis perempuan Indonesia.

Ia menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), setelah tidak lagi menjabat sebagai Ketua Umum dari lembaga yang membela hak-hak para konsumen tersebut.

(Tribunstyle/ Amr).

Baca artikel terkait Google Doodle lainnya di sini...

Sumber: TribunStyle.com
Tags:
Sariamin IsmailGoogle DoodleAmirul Muttaqin
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved