Mengenal Hari Lahir Pancasila 1 Juni, Dahulu Tak Diperingati, Ditetapkan Mulai Pemerintahan Jokowi
Melihat kembali sejarah dan perjalanan Hari Lahir Pancasila 1 Juni, dahulu sempat tidak diperingati, ditetapkan mulai pemerintahan Presiden Jokowi.
Penulis: Gigih Panggayuh Utomo
Editor: Ika Putri Bramasti
Hari Lahirnya Pancasila pun tidak rutin diperingati demi menghapuskan kaitannya dengan Bung Karno.

Alih-alih memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni, pemerintah Orde Baru justru menitikberatkan perhatian pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila setiap 1 Oktober.
Peringatan itu ditegaskan sebagai pengingat peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau dikenal dengan G 30 S.
Oleh karenanya, pada masa itu, tanggal 1 Juni lebih dikenal dengan peringatan pidato Bung Karno 1 Juni 1945.
Kapan Hari Lahir Pancasila Mulai Diperingati?
Pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Hari Lahir Pancasila mulai diusulkan.
Adapun yang mengusulkannya adalah Megawati Soekarnoputri, presiden sebelum SBY sekaligus putri Bung Karno.
Namun, pada akhir masa jabatan SBY sebagai presiden, usulan itu belum terwujud.
Hari Lahir Pancasila baru diperingati setiap tahun dan jadi hari libur nasional mulai 2017.
Peresmiannya dilakukan oleh presiden Joko Widodo (Jokowi), melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016.
Penetapan itu disampaikan Jokowi dalam Peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 di Bandung, Jawa Barat, pada Rabu (1/6/2016).

Sejarah Singkat Hari Lahir Pancasila
Menilik lagi ke belakang, 1 Juni menandai cikal bakal Pancasila sebagai dasar negara.
Tanggal tersebut merujuk pada pidato yang disampaikan Soekarno dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai, atau dalam bahasa Indonesia, Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Dalam pidato inilah konsep dan rumusan awal ‘Pancasila’ pertama kali ditemukan oleh Soekarno sebagai dasar negara Indonesia merdeka.
Awalnya, pidato tersebut disampaikan tanpa judul.
Pidato tersebut akhirnya dibukukan, dan baru mendapat sebutan 'Lahirnya Pancasila'.
Istilah itu disebutkan oleh mantan Ketua Sidang BPUPKI, Dr. Radjiman Wedyodiningrat, berdasarkan kata pengantar buku pidato tersebut yang terbit pada 1947.
(TribunStyle.com/Gigih Panggayuh)