Tokoh Viral Hari Ini
Sosok Hardjonagoro alias Go Tik Swan, Pelopor Batik Indonesia yang Dijadikan Google Doodle Hari Ini
Inilah sosok K.R.T. Hardjonagoro alias Go Tik Swan, pelopor batik Indonesia yang dijadikan Google Doodle hari ini.
Penulis: Amirul Muttaqin
Editor: Suli Hanna
Reporter: Amirul Muttaqin
TRIBUNSTYLE.COM - Inilah sosok K.R.T. Hardjonagoro alias Go Tik Swan, pelopor batik Indonesia yang dijadikan Google Doodle hari ini.
Ada yang menarik di laman pencarian Google hari ini, Selasa (11/5/2021).
Terpampang Google Doodle yang menampilkan sosok Go Tik Swan yang dikenal sebagai pelopor batik Indonesia.
Lantas siapa sebenarnya sosok Go Tik Swan ini?
Baca juga: FOTO LANGKA 7 Artis Pakai Seragam Batik Saat Masih Sekolah, Ada Raisa hingga Igun yang Manglingi
Baca juga: Hadiri PKK, Gaya Selvi Ananda jadi Istri Pejabat Tuai Pujian, Mantu Jokowi Pakai Batik Tanpa Make Up

Go Tik Swan umumnya dikenal dengan nama K.R.T. Hardjonagoro.
Ia lahir di Solo, Jawa Tengah pada 11 Mei 1931 dan wafat pada 5 November 2008.
Tik Swan merupakan putra sulung dari keluarga golongan priyayi Tionghoa di kota Solo.
Kedua orangtuanya adalah keturunan pemuka masyarakat Tionghoa pada saat itu.
Ayahnya adalah cucu dari Luitenant der Chinezen di Boyolali sedangkan ibunya cucu Luitenant der Chinezen dari Surakarta.
Karena kedua orangtuanya sibuk dengan pekerjaan mereka, Tik Swan diasuh oleh kakeknya dari pihak ibu, Tjan Khay Sing, seorang pengusaha batik di Solo.
Tik Swan kecil biasa bermain di antara para tukang cap, dengan anak-anak yang membersihkan malam dari kain, dan mencucinya, mereka yang membubuhkan warna coklat dari kulit pohon soga, dan orang-orang yang menulisi kain dengan canting.
Ia juga senang mendengarkan mereka menembang dan mendongeng tentang Dewi Sri dan berbagai cerita tradisional Jawa.
Dari merekalah Tik Swan mengenal macapat, pedalangan, gending, Hanacaraka, dan tarian Jawa yang kelak menjadikannya seorang budayawan.
Tik Swan menempuh pendidikan di Neutrale Europesche Lagere School di Solo, MULO di Semarang, dan lulus dari VHO Voortgezet Hooger Onderwijs (VHO) di Semarang.
Ketika memasuki perguruan tinggi, orangtuanya ingin ia kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Namun Tik Swan diam-diam masuk jurusan Sastra Jawa di Fakultas Sastra UI karena sudah telanjur sayang dan jatuh cinta pada kebudayaan Jawa.
Ketika belajar di Jakarta, Tik Swan sering berkunjung ke rumah Prof. Poerbatjaraka yang merupakan salah satu dosennya, dan berlatih menari Jawa di sana.
Pada momen peringatan Dies Natalis UI, ia mengadakan misi kesenian dengan membawakan tarian Jawa di hadapan Presiden Soekarno.
Tik Swan membawakan tarian Gambir Anom, yang merupakan tarian klasik Jawa bergaya Solo dan berhasil membuat Bung Karno kagum.
Sebagaimana diberitakan Kompas.com (2/10/2018), Bung Karno langsung memanggilnya, mengajaknya bersalaman, serta mengundangnya untuk datang ke Istana Negara.
Saat itu, Tik Swan sudah menggunakan nama Hardjono.
Inilah awal perkenalannya dengan Bung Karno, yang kemudian menjadikannya sebagai staf ahli kebudayaan.
Karena kedekatannya dengan Bung Karno, Tik Swan diminta untuk menciptakan "batik Indonesia" sekitar tahun 1957.
karena tidak ingin mengecewakan sang presiden, Tik Swan langsung menyanggupi permintaan itu.
Ia tergugah untuk mendalami segala sesuatu tentang batik di Solo, termasuk sejarah dan falsafahnya.
Tik Swan yang memiliki hubungan akrab dengan keluarga Keraton Solo memungkinkan belajar langsung dengan ibunda Susuhunan Paku Buwono XII yang memiliki pola pola batik pusaka.
Pola batik langka yang dulunya tidak dikenal umum maupun pola tradisional lainnya yang digalinya.
Tik Swan berhasil mengembangkan tanpa menghilangkan ciri dan maknanya yang hakiki.
Pola yang dikembangkan itu diberinya warna-warna baru yang cerah, bukan hanya cokelat, biru, dan putih kekuningan seperti lazimnya dijumpai pada batik Solo dan Yogyakarta.
Tik Swan menggabungkan berbagai karkater dari batik Solo, Jogja dan Pesisiran menjadi satu hingga terciptalah batik Indonesia.

Semasa hidupnya, Go Tik Swan menciptakan sekitar 200 motif batik Indonesia, sehingga pemerintah memberikan penghargaan sebagai putra terbaik atas jasa-jasanya dengan tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma.
Diberitakan Antara, 10 November 2011, ahli waris Tik Swan, Siti Supiah Agreni menjelaskan, 200 motif batik tersebut dihasilkan sejak 1950-2008.
Bahkan, hasil karya batik Tik Swan yang luar biasa tersebut banyak mendapat pesanan dari kalangan pejabat negara seperti Presiden Soekarno dan Megawati Soekarno Putri.
Di antara batik ciptaannya antara lain bermotif radyo kusumo, kuntul nglayang, kutila peksawani, dan parang anggrek.
Bukan hanya maestro batik, Go Tik Swan juga dikenal sebagai seorang budayawan dan sastrawan Indonesia di Surakarta.
Ia juga dikenal sebagai pemerhati tosan aji (keris)
Karena kecintaannya akan keris yang mendalam, pada 1959 ia mendirikan perkumpulan Bawarasa Tosanaji di Solo.
Tik Swan pernah menjabat sebagai Ketua Presidium Yayasan Radya Pustaka yang mengelola Museum Radya Pustaka di Solo.
Terakhir, ia juga pernah menjabat sebagai anggota Dewan Empu di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo.
Pada 11 Agustus 2005, Tik Swan menandatangani wasiat berisi penyerahan sejumlah koleksinya berupa benda purbakala kepada Pemerintah RI apabila dia meninggal dunia.
Koleksinya yang amat berharga antara lain terdiri atas keris dan berbagai arca perunggu maupun batu amat langka.
(Tribunstyle/ Amr)
Sebagian artikel telah tayang di KOMPAS.com