Selamat Hari Buku Sedunia, Ini Asal-Usul dan Sejarah World Book Day Diperingati setiap 23 April
Selamat Hari Buku Sedunia, simak sejarah dan asal-usul World Book Day diperingati setiap 23 April.
Penulis: Gigih Panggayuh Utomo
Editor: Dhimas Yanuar
Adapun tujuannya untuk memberikan penghormatan di seluruh dunia kepada buku dan penulis.
Selain itu, peringatan ini juga bermaksud mendorong semua orang, khususnya kaum muda, untuk menemukan kesenangan membaca.
Lebih lanjut lagi, Hari Buku Sedunia dimaksudkan sebagai upaya menghormati kontribusi tak tergantikan dari mereka yang telah memajukan sosial dan budaya umat manusia.
Sejak tahun 2000, Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia telah menginspirasi inisiatif lain dari organisasi profesional yang menerima bantuan dari UNESCO dan dukungan dari States: World Book Capital City.
Setiap tahun, sebuah kota dipilih yang berjanji untuk mempertahankan, melalui inisiatifnya sendiri, dorongan perayaan Hari Buku Sedunia hingga 23 April tahun berikutnya.
Hampir semua wilayah di dunia, pada gilirannya, telah terlibat dalam proses ini, yang dengan demikian mengubah perayaan buku dan hak cipta menjadi aktivitas berulang, memperluas lebih jauh pengaruh geografis dan budaya buku.
Pada 2020, UNESCO menetapkan Kuala Lumpur, Malaysia sebagai Ibu Kota Buku Dunia.
Malaysia diketahui telah meluncurkan kampanye gemar membaca pada penghujung 2018 karena membaca merupakan kunci sebuah negara berhasil dan membina peradabannya.
Adapun kota-kota yang pernah terpilih sebagai Ibu Kota Buku Dunia lainnya adalah Madrid (2001), Alexandria (2002), New Delhi (2003), Antwerp (2004), Montreal (2005), Turin (2006), Bogota (2007), Amsterdam (2008), Beirut (2009), Ljubljana (2010), Buenos Aires (2011), Yerevan (2012), Bangkok (2013), Port Harcourt (2014), Incheon (2015), Wroclaw (2016), Conakry (2017), Athena (2018), Yunani, terpilih menjadi WBC pada 2018, Sharjah (2019).
Ibu Kota Buku Dunia untuk 2021: Tbilisi, Georgia
Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, menunjuk Tbilisi (Georgia) sebagai World Book Capital untuk tahun 2021.
Hal itu berdasarkan rekomendasi dari World Book Capital Advisory Committee.
Program ini berfokus pada penggunaan teknologi modern sebagai alat yang ampuh untuk mempromosikan membaca di kalangan kaum muda.
Beberapa kegiatan pentingnya antara lain berskala besar dan berkelanjutan yang melibatkan perpustakaan dan festival buku untuk anak-anak, proyek digital mutakhir untuk mengubah buku menjadi permainan, dan pembangunan kembali rumah penerbitan pertama di Georgia.
(TribunStyle.com/Gigih Panggayuh)