SEKOLAH Tatap Muka Dibuka, Puluhan Pelajar Tertular Corona, Ganjar Pranowo: Tutup Saja Tak Usah Ragu
Puluhan pelajar SMP di Jepara tertular virus corona, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bersikap tegas.
Editor: vega dhini lestari
TRIBUNSTYLE.COM - Puluhan pelajar SMP di Jepara tertular virus corona, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bersikap tegas.
Di beberapa wilayah pembelajaran tatap muka sudah kembali dibuka.
Akan tetapi rupanya hal itu menimbulkan masalah baru karena ada yang jadi klaster penyebaran Covid-19.

Baca juga: Jumlah Kasus Covid-19 di AS Tembus 14 Juta, Simak Update Virus Corona Dunia 2 Desember 2020
Baca juga: Kondisi Terkini Anies Baswedan Setelah Dinyatakan Positif Covid-19, Ikuti Prosedur dari Tim Medis
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta semua sekolah yang menjadi klaster penyebaran Covid-19 ditutup.
Hal itu menanggapi adanya puluhan pelajar SMP di Kabupaten Jepara yang terinfeksi Covid-19 usai mengikuti pembelajaran tatap muka.
"Tutup, wes ora usah kesuwen pokoke (tutup, tidak usah lama-lama). Kita kasih kesempatan buka, tapi kalau begitu, ya tutup lagi begitu saja," ujar Ganjar seusai rapat koordinasi percepatan penanganan Covid-19 di ruang rapat Kantor Gubernur, Selasa (1/12/2020), dalam keterangan kepada Tribunjateng.com.
Dengan adanya kasus penyebaran di sekolah tersebut, pihaknya juga akan melakukan evaluasi.
Jika nanti ditemukan hal serupa, akan diambil tindakan tegas dengan menutup sekolah agar tidak melakukan pembelajaran tatap muka.
"Kita juga akan mengevaluasi, kalau ada tutup saja. Tidak usah ragu," tegasnya.
Baca juga: 5 Fakta Anies Baswedan Positif Covid-19, Kondisi Tanpa Gejala hingga Bakal Bekerja Secara Virtual
Baca juga: Dinyatakan Positif Covid-19, Anies Baswedan Beri Imbauan: Yang Interaksi dengan Saya Silakan Tes PCR
Ganjar menjelaskan, rencana pembelajaran tatap muka yang akan dilaksanakan Januari 2021 tetap menggunakan aturan dan mekanisme yang ada untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.
"Januari nanti bukan berarti merdeka. Belajarnya masuk bebas-bebas saja, iya tidak. Kita harus selektif," jelas Ganjar.
Bukan hanya sekolah, ia juga mengancam akan menutup objek wisata yang tidak mampu mengelola dengan baik di tengah pandemi.
"Wisata kalau pengelolaannya begitu ya ditutup. Kondisi kayak gini kok," ucapnya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yulianto Prabowo menuturkan bahwa pendataan kasus Covid-19 ada perbedaan antara provinsi dengan pusat.
"Sudah saya jelaskan kemarin," katanya.
Untuk saat ini, lanjut Yuli, klaster terbanyak penyebaran Covid-19 di Jawa Tengah adalah klaster keluarga.
Namun, hingga sudah lebih dari 70 ribu tes PCR.

"Klaster tertinggi, itu klaster keluarga. Sampai saat ini tes PCR sudah mencapai lebih dari 70 ribu dan 10,3 persen (positifity rate)," tandasnya.
Yulianto Prabowo sebelumnya, menyebut ada kekeliruan dalam rilis data dari Satgas Covid-19 tentang penambahan kasus positif di Jawa Tengah.
Penambahan kasus aktif di Jateng sebesar 2.036 kasus berdasarkan data Satgas Covid-19 pada Minggu.
Angka itu tertinggi di Indonesia.
Padahal di hari yang sama, Dinkes Jateng mencatat jumlah penambahan kasus hanya 844.
"Itu mengagetkan kita semuanya. Jumlah itu berbeda jauh dari data kami, yang hanya 844 penambahannya," kata Yulianto, Senin (30/11/2020).
Baca juga: BREAKING NEWS Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan Terkonfirmasi Positif Covid-19
Baca juga: Dinyatakan Positif Covid-19, Anies Baswedan Beri Imbauan: Yang Interaksi dengan Saya Silakan Tes PCR
Setelah ditelusuri, lanjutnya, ternyata data yang dirilis Satgas Covid-19 pusat ada yang dobel yakni sebanyak 519 data.
"Untuk temuan 519 yang dobel data itu, ada satu nama yang ditulis sampai empat hingga lima kali sehingga total data yang dobel sebanyak 694 kasus. Data itu nuncul saat rilis Minggu kemarin," jelasnya.
Yulianto mencontohkan, dobel data terjadi di Kendal.
Dalam rilis pusat itu, ada satu nama pasien yang ditulis sampai lima kali.
Tak hanya dobel data, Yulianto juga menemukan banyak kasus lama yang dimasukkan kembali dalam rilis Satgas Covid-19 pada 29 November itu.
Pihaknya menemukan ada data kasus dengan 75 nama yang pada pekan sebelumnya sudah dirilis, pada Minggu kemarin dirilis kembali.
Sehingga satu nama disebut pada dua kali rilis data.
Dari data itu, ternyata banyak data yang sebenarnya sudah diinput pada Juni lalu.
"Jadi, dari jumlah penambahan kasus yang disebut Satgas Covid-19 sebanyak 2.036 itu, ternyata ada dobel data banyak. Selain itu, juga kasusnya sudah lama, bahkan sudah beberapa bulan yang lalu baru dirilis kemarin," tukasnya.
Terkait persoalan perbedaan data tersebut, Yulianto mengatakan sudah berkali-kali koordinasi dengan Satgas Covid-19 Pusat.
Tujuannya agar data yang ada bisa sinkron sehingga tidak membuat resah masyarakat.
"Kami terus komunikasi dengan pusat terkait perbaikan data ini. Kami meminta agar pusat mengambil saja data di website kami, corona.jatengprov.go.id karena itu sudah pasti benar. Ini saran yang kami sampaikan ke pusat, agar menjadi perhatian," tandasnya.
Ganjar Pranowo juga meminta masyarakat tidak resah dengan rilis data peningkatan kasus positif Covid-10 di Jateng yang dirilis pemerintah pusat.
Ia mengatakan bahwa masyarakat bisa mengakses data kasus Covid-19 lewat situs https://corona.jatengprov.go.id.
"Karena kawan-kawan selalu melakukan update data, maka Pemprov secara terbuka menyampaikan kepada publik melalui situs resmi itu," katanya.
Ganjar juga membenarkan adanya perbedaan data antara pemerintah pusat dengan provinsi yang dipimpinnya.
Untuk itu, sampai saat ini timnya sedang berupaya menyinkronkan data.
"Bagian data Dinkes selalu komunikasi dengan pengelola data di Kemenkes dan Satgas agar rilis data tidak berbeda terlalu banyak," imbuhnya. (*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Puluhan Pelajar SMP Jepara Tertular Corona di Sekolah, Ganjar: Tutup, Ora Sah Kesuwen