Gunung Merapi Masuk Level Siaga, Berikut Info Terkait Kubah Lava Baru, Kegempaan dan Deformasi
Meski status Gunung Merapi naik ke level siaga, BPPTKG belum melihat adanya kubah lava baru di Gunung Merapi.
Penulis: Nafis Abdulhakim
Editor: Triroessita Intan Pertiwi
TRIBUNSTYLE.COM - Gunung Merapi masuk level siaga, Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta sebut belum terlihat kubah lava baru.
Sebelumnya, status Gunung Merapi yang semula waspada/level II kini menjadi siaga/level III.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangannya, kini aktivitas kegempaan terus meningkat.
Lebih lanjut, adapun kemungkinan terjadinya erupsi.
Diperkirakan, lanjut Hanik, adanya ancaman guguran lawa dan awan panas.
Awan panas tersebut, lanjut Hanik, bisa mencapai jarak sejauh 5 kilometer.

"Potensi ancaman bahaya berupa guguran lava lontaran material dan awan panas sejauh maksimal 5 kilometer," ujar Hanik.
Meski begitu, dari pengamatan BPPTKG pada 3 November 2020, belum terlihat adanya kubah lava baru, sebagaimana dilansir dari Kompas.com.
Namun, kegempaan dan deformasi masih terus meningkat.
Atas dasar tersebut, BPPTKG Yogyakarta menaikkan status Merapi menjadi siaga.
"Sehubungan dengan hal tersebut maka status aktivitas Gunung Merapi ditingkatkan dari Waspada menjadi Siaga (level III)," ujar Hanik, sebagaimana dilansir dari Kompas.com.
Dalam keteranganya, dijelaskan bahwa aktivitas vulkanik terus meningkat.
Selain itu, kegempaan juga semakin intensif sejak Oktober 2020.
Menurut data BPPTKG, pada Mei 2020 telah terjadi kegempaan internal VA dan VB (vulkanik dangkal).

Sedangkan, gempa MP (fase banyak) terjadi 174 kali.
Kemudian setelah letusan eksplosif 21 Juni 2020, kegempaan VA, VB, dan MP terus meningkat.
Pada Juli 2020, pun terjadi gempa VA 6 kali, gempa VB 33 kali, dan gempa MP 339 kali.
BPPTKG juga menyebut, adanya pemendekan jarak baseline EDM sektor barat laut Babadan.
Di samping itu, Hanik menyatakan adanya ancaman guguran lava dan awan panas.
Letusan eksplosif yang terjadi pada 21 Juni 2020 menyebabkan pemendekan sebesar 4 cm.

Setelah itu, terus memendek hingga September 2020 dengan laju 3 mm per hari.
Aktivitas vulkanik dan pemendekan EDM juga terjadi pada 4 November 2020.
Data yang tercatat menyebutkan, rata-rata gempa yang terjadi VB 29 kali per hari, MP 273 kali per hari, guguran 57 kali perhari, dan hembusan 64 kali per hari.
"Laju pemendekan EDM Babadan mencapai 11 cm per hari. Energi kumulatif gempa VT dan MP dalam setahun sebesar 58 Gj," jelasnya.
Intensitas Gempa Gunung Merapi Kembali Dilaporkan Meningkat
Sebelumnya, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta kembali melaporkan adanya peningkatan aktivitas Gunung Merapi.
Sejak 23 Oktober 2020 hingga 29 Oktober 2020, dilaporkan terjadi 81 kali gempa vulkanik dangkal, 864 kali gempa fase banyak, 10 kali gempa frekuensi rendah, 367 kali gempa guguran, dan tujuh kali gempa tektonik.
Jumlah gempa dalam periode tersebut meningkat dari pekan sebelumnya.
Dalam rentang 16 oktober 2020 hingga 22 Oktober 2020 tercatat ada 167 kali gempa embusan, 63 kali gempa vulkanik dangkal, 433 gempa fase banyak, 23 gempa frekuensi rendah, 170 kali gempa guguran, dan 16 gempa tektonik.
Laju pemendekan gunung dalam periode laporan terakhir pun ikut bertambah menjadi 4 sentimeter per hari dari sebelumnya 2 sentimeter per hari.
"Deformasi Gunung Merapi yang dipantau penggunakan EDM (distance electronic measurement) pada minggu ini menunjukkan adanya laju pemendekan jarak sebesar 4 sentimeter per hari," kata Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida, dalam laporan tertulisnya Jumat (30/10/2020).
Selain itu, tercatat munculnya asap dari kawah Merapi dengan ketinggian maksimum 500 meter dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Selo pada 28 Oktober 2020 sekitar 08.10 WIB.
"Analisis morfologi area kawah berdasarkan foto dari sektor Tenggara tidak menunjukkan adanya perubahan morfologi kubah. Perhitungan volume kubah lava berdasarkan pengukuran menggunakan drone pada 29 Oktober 2020 sebesar 200.000 meter kubik," jelas Hanik Humaida.
Terjadinya aktivitas vulkanik menunjukkan proses pergerakan magma menuju permukaan.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif.
Namun, tidak ada peningkatan status gunung. Gunung Merapi masih dalam status waspada.
BPPTKG Yogyakarta merekomendasikan radius 3 kilometer dari puncak Gunung Merapi agar dikosongkan dari aktivitas penduduk dan pendakian.
Masyarakat di sekitar Gunung Merapi juga diharapkan meningkatkan kewaspadaan.
"Guguran lava dan awan panas berpotensi menimbulkan hujan abu, masyarakat di sekitar diimbau untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik," ungkapnya.
"Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi," tambahnya.
(TribunStyle.com/Nafis,Kompas.com/Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Intensitas Gempa Gunung Merapi Kembali Dilaporkan Meningkat
Baca juga: Status Gunung Merapi Naik ke Level Siaga, Aktivitas Vulkanik Meningkat, Ini Penjelasan BPPTKG
Baca juga: Kena Blacklist dari Pengelola Gunung Rinjani, Fiersa Besari Akui Salah dan Minta Maaf soal Pendakian