Ikut Demo Tolak UU Cipta Kerja, Orang Tua Siswa SMP Datangi Kepolisian, Minta Anaknya Dikembalikan
Sejumlah orangtua datangu Mapolrestabes Bandung, minta adaknya yang masih SMP dikembalikan setelah ikut demo tolak Undang-undang Cipta Kerja
Penulis: Nafis Abdulhakim
Editor: Triroessita Intan Pertiwi
Mereka berkeliling di lokasi ujukrasa dan memunguti sampah-sampah plastik yang berserakan.
Ajeng Salsabila, mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Garut mengaku, ia mengaku sengaja ikut unjuk rasa menolak Undang-undang Cipta Lapangan Kerja yang baru saja disahkan oleh DPR RI.
Namun, dalam aksinya, Ajeng bersama sejumlah temannya memilih melakukan aksi dengan memunguti sampah yang ditimbulkan saat aksi dilakukan.
"Bisa disebut spontan juga, tadi lihat kawan-kawan aktivis lingkungan, aksinya mungutin sampah plastik disini, makanya kita ikut bantu mereka," jelas Ajeng yang di kampusnya tergabung dalam himpunan mahasiswa pecinta alam.
Ajeng melihat, jumlah massa aksi tersebut terbilang besar hingga mencapai ribuan orang.

Pastinya, lanjut Ajeng, akan menyisakan sampah-sampah plastik.
Terutama gelas plastik dan botol bekas minuman.
Oleh karena itu, dirinya memilih aksi pungut sampah untuk mendukung aksi mahasiswa dan buruh tolak UU Cipta Lapangan Kerja.
Sampah-sampah hasil pungutan tersebut sebagian dibuang di tempat penampungan sampah.
Namun, ada juga yang langsung diminta oleh pemulung.
"Tadi juga satu plastik sudah diambil sama pemulung," katanya.
Aktivis lingkungan di Garut, Usep Ebit Mulyana mengatakan, dirinya bersama beberapa aktivis lingkungan memang sengaja terjun ke lokasi aksi untuk memungut sampah.
Aksi yang dilakukannya ini sebaga bentuk dukungan terhadap aksi mahasiswa dan buruh menolak UU Cipta Lapangan Kerja.
"Saling bantu, kita dukung aksi mahasiswa dan buruh dengan cara kita," katanya.
Ribuan massa aksi dari berbagai elemen mahasiswa dan buruh, Kamis (8/10/2020) menggelar aksi unjukrasa menolak pengesahan UU Cipta Lapangan Kerja di Garut.