Breaking News:

Virus Corona

BANYAK Dipakai, Masker Buff dan Scuba Ternyata Bisa Perparah Penularan Corona, Ini Penjelasan Sains

Masker buff dan scuba yang selama ini banyak menjadi pilihan masyarakat ternyata tidak efektif mencegah penularan corona.

Editor: Galuh Palupi
SHUTTERSTOCK/Ruben Nurdiasmanto
Ilustrasi masker scuba 

TRIBUNSTYLE.COM - Sejalan dengan kasus positif corona di Indonesia yang belum melandai serta pemberlakukan PSSB pengetatan di Jakarta, PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI) menerapkan protokol kesehatan ketat untuk menaiki armadanya.

VP Corporate Communications PT KCI Anne Purba mengatakan, calon penumpang dianjurkan menggunakan masker yang efektif menahan droplet atau cairan.

Masker buff dan scuba yang selama ini banyak menjadi pilihan masyarakat ternyata tidak termasuk ke dalamnya.

Bahkan, Anne Purba menyebut agar penumpang menghindari dua jenis masker tersebut ketika menaiki KRL.

"Hindari penggunaan jenis scuba maupun hanya menggunakan buff atau kain untuk menutupi mulut dan hidung," ujar Anne dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (15/9/2020).

UPDATE Corona Dunia Rabu 16 September 2020: 29,7 Juta Kasus, 938 Ribu Meninggal & 21,5 Juta Sembuh

POPULER Pakar Virologi China Bongkar Asal Virus Corona dari Laboratorium Wuhan, Ungkap Fakta Lain

"Gunakan setidaknya masker kain yang terdiri dari minimal dua lapisan," kata Anne.

Lantas apa alasannya?

Benarkah masker buff dan scuba justru bisa memperparah penularan?

Berikut penjelasan secara sains:

Kualitas buff dan masker scuba

Buff Dalam penelitian yang dilakukan ilmuwan Duke University, buff tak dapat mencegah droplet (tetesan pernapasan) keluar dari mulut saat berbicara.

Ilustrasi masker buff
Ilustrasi masker buff (SHUTTERSTOCK/M. Rinandar Tasya)

Seperti kita tahu, droplet yang keluar saat berbicara, batuk, dan bersin adalah jalur masuk penularan virus corona Covid-19.

Pemimpin studi sekaligus spesialis pencitraan molekuler Martin Fischer memastikan, ketika orang berbicara dan droplet keluar mulut artinya risiko penularan penyakit tetap tinggi.

Hasil riset yang terbit di jurnal Science Advances edisi 7 Agustus 2020 menunjukkan buff adalah jenis masker yang paling tidak efektif mencegah transmisi.

Bahkan dalam riset itu disebutkan, orang yang memakai buff jauh lebih buruk dibanding orang yang tidak memakai masker sama sekali.

Ilmuwan Akhirnya Bongkar Pembuatan Virus Corona di Laboratorium Wuhan, Terkuak Kedok China Tutup Aib

Menurut para peneliti, buff justru membuat droplet semakin berkembang biak di udara.

"Mungkin banyak orang berpikir, menggunakan masker jenis apa saja lebih baik dibanding tidak memakainya sama sekali. Tapi, hal itu salah," kata Fischer.

"Kami mengamati bahwa jumlah droplets meningkat saat orang memakai buff. Kami yakin, bahan yang digunakan pada buff dapat memecah droplets menjadi partikel berukuran lebih kecil. Hal ini membuat pengguna buff menjadi kontraproduktif, karena tetesan yang lebih kecil lebih mudah terbawa udara dan membahayakan orang di sekitar," paparnya.

Penelitian ini membuktikan, tidak semua masker memiliki tingkat keefektifan yang sama.

Masker scuba

Dilansir Kompas.com edisi 14 April 2020, Peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr Eng Muhamad Nasir menjelaskan dasar pengujian kinerja utama masker.

Setidaknya ada tiga tahapan dalam pengujian kinerja masker, antara lain:

Ilustrasi masker scuba
Ilustrasi masker scuba (SHUTTERSTOCK/Ruben Nurdiasmanto)

- Uji filtrasi bakteri (bactrial filtration efficiency)

- Uji filtrasi partikulate (particulate filtration efficiency)

- Uji permeabilitas udara dan pressure differential (breathability dari masker)

Kenali Malaise, Gejala Ringan Virus Corona: Timbulkan Rasa Malas, Tapi Beda dengan Kelelahan

Menurut dia, masker kain dengan bahan yang lentur seperti scuba, pada saat dipakai akan melar atau merenggang.

Hal ini membuat kerapatan pori kain membesar serta membuka yang mengakibatkan permeabilitas udara menjadi tinggi.

Akibatnya, peluang partikular virus untuk menembus masker pun disebutnya semakin besar.

"Jika pori kain makin besar maka peluang virus masuk akan besar," ungkapnya. (*)

Sebagian artikel ini telah tayang sebelumnya di Kompas.com dengan judul 'Masker Scuba dan Buff Dilarang di KRL, Begini Penjelasan Sains'

TANPA Lockdown, Cara Santai Swedia Jinakkan Corona Ternyata Manjur, Kebiasaan Baik Ini Rahasianya

Sandra Dewi Tahan Keinginan Liburan Selama Pandemi Corona, Istri Harvey Moeis Sudah 7 Bulan di Rumah

Sumber: Kompas.com
Tags:
Anne PurbacoronaCovid-19PT Kereta Commuter Indonesia
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved