Breaking News:

Sastrawan Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia, 'Pak Sapardi' Trending di Twitter

Sastrawan Sapardi Djoko menghembuskan nafas terakhirnya, Minggu (19/7/2020), pukul 09.17 WIB. 'Pak Sapardi' menjadi trending Twitter.

Penulis: Tsania Fadhillah
Editor: Triroessita Intan Pertiwi
Gramedia via Kompas.com
Penyair Sapardi Djoko Damono meninggal dunia 

Seperti Translation Workshop dan Poetry International di Rotterdam, Belanda (1971), Seminar on Literature and Social Exchange in Asia di Australia National University Canberra, dan lainnya.

Peran dalam sastra Indonesia

Dalam dunia sastra Indonesia, Sapardi Djoko Damono mempunyai peran penting. Dalam Ikhtisar Kesusasteraan Indonesia Modern (1988) karya Pamusuk Eneste, Sapardi dimasukkan dalam kelompok pengarang Angkatan 1970-an.

 Dalam Sastra Indonesia Modern II (1989) karya A Teeuw, Sapardi digambarkan sebagai cendekiawan muda yang mulai menulis sekitar 1960.

Terlihat perkembangan jelas dalam puisi Sapardi terutama dalam hal susunan formal puisi-puisinya. Ia dianggap sebagai penyair yang orisinil dan kreatif.

Puisi Sapardi Djoko Damono banyak dikagumi karena banyak kesamaan dengan yang ada dalam persajakan Barat yang disebut simbolisme sejak akhir abad ke-19.

Beberapa karya Sapardi Djoko Damono antara lain Duka-Mu Abadi (1969), Mata Pisau (1974), Perahu Kertas (1983), Sihir Hujan (1984), Hujan Bulan Juni (1994), dan Arloji (1998). Serta Ayat-ayat Api (2000), Mata Jendela (2000), Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro (2003), kumpulan cerpen Pengarang Telah Mati (2001), dan kumpulan sajak Kolam (2009).

Buku-buku karya Sapardi Djoko Damono yaitu Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas (1978), Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang (1979), Kesusasteraan Indonesia Modern: Beberapa Catatan (1999), Novel Jawa 1950-an: Telaah Fungsi, Isi dan Struktur (1996), Politik, Ideologi dan Sastra Hibrida (1999), Sihir Rendra: Permainan Makna (1999), dan Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan: Sebuah Catatan (2004).

Sapardi juga menerjemahkan beberapa karya sastra asing ke dalam Bahasa Indonesia. Seperti Lelaki Tua dan Laut (The Old Man and the Sea karya Hemingway), Puisi Cina Klasik, Puisi Klasik, Shakuntala, Amarah I dan II (The Grapes of Wrath karya John Steinbeck), dan lain-lain.

Sapardi Djoko Damono telah menerima berbagai penghargaan dan hadiah sastra dari dalam dan luar negeri. Pada 1963 Sapardi mendapat Hadiah Majalah Basis atas puisi Ballada Matinya Seorang Pemberontak. Pada 1978 ia menerima Cultural Award dari pemerintah Australia.

Pada 1983, ia memperoleh hadiah Anugerah Puisi-Puisi Putera II atas bukunya Sihir Hujan dari Malaysia. Pada 1984 Dewan Kesenian Jakarta memberi penghargaan atas buku Perahu Kertas. Mataram Award diterima Sapardi pada 1985. Hadiah SEA Write Award (Hadiah Sastra Asean) dari Thailand diterima pada 1986.

Sapardi meraih Anugerah Seni dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 1990. Kalyana Kretya dari Menristek RI diraih pada 1996. Pada 2003, ia mendapat penghargaan Achmad Bakrie Award for Literature. Disusul Khatulistiwa Award pada 2004. Penghargaan dari Akademi Jakarta diraih pada 2012.

Sebagian isi artikel mengutip https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/28/200000769/sapardi-djoko-damono-perannya-dalam-sastra-indonesia?page=all#page2

(TribunStyle.com/TsaniaF/Kompas)

Sumber: TribunStyle.com
Tags:
Sapardi Djoko Damonoberita Sapardi Djoko Damono meninggal duniaPak SapardiTwitterIndonesia
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved