7 Puisi Terbaik Sapardi Djoko Damono, dari 'Hujan Bulan Juni' hingga 'Yang Fana Adalah Waktu'
Inilah 7 puisi terbaik Sapardi Djoko Damono, dari 'Hujan Bulan Juni' hingga 'Yang Fana Adalah Waktu'.
Penulis: Amirul Muttaqin
Editor: vega dhini lestari
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Pada Suatu Hari Nanti
Pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak akan kurelakan sendiri
Pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati
pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau tak akan letih-letihnya kucari.

Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari
Waktu berjalan ke Barat di waktu pagi hari matahari mengikutiku di belakang
Aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan
Aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang
aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan
Sajak-Sajak Kecil tentang Cinta
Mencintai angin harus menjadi siut
Mencintai air harus menjadi ricik
Mencintai gunung harus menjadi terjal
Mencintai api harus menjadi jilat
Mencintai cakrawala harus menebas jarak
Mencintai-Mu harus menjelma aku
Hatiku Selembar Daun
Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput
nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di sini
ada yang masih ingin kupandang, yang selama ini senantiasa luput
sesaat adalah abadi sebelum kausapu tamanmu setiap pagi
Yang Fana Adalah Waktu
Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?”
tanyamu.
Kita abadi.
(Tribunstyle.com/ Amr)
BACA JUGA:
• Kenang Arswendo Atmowiloto, Berikut Deretan Karya yang Tetap Hidup di Hati Penikmat Sastra
• 5 Fakta Pierre Coffin, Kreator Karakter Minions, Putra Sastrawan Indonesia NH Dini