Breaking News:

Virus Corona

6 Bulan Karantina, Bobot Pria Ini Melonjak Jadi 280 Kg, Kini Dinobatkan Pria Tergemuk di Wuhan

Bukannya hidup sehat selama karantina mandiri di tengah corona. Pria ini justru dinobatkan tergemuk di Wuhan setelah bobot meningkat jadi 280 kg.

Editor: Monalisa
WEIBO, Oriental Daily
Zhou pria tergemuk di Wuhan, bobot melonjak hingga 280 kg selama karantina 

TRIBUNSTYLE.COM - Mematuhi kebijakan pemerintah untuk berada di rumah selama pandemi virus corona justru membuat pria di Wuhan ini dinobatkan sebagai pria tergemuk.

Bagaimana tidak, enam bulan berada di dalam rumah berat badan pria ini lansung melonjak drastis.

Dari yang awalnya 60 kg berat badan pria asal Wuhan bernama Zhou ini meningkat menjadi 280 kilogram.

Berat badannya yang melonjak tajam membuat Zhou kesulitan beraktivitas dan tidur.

Kini dengan berat badan yang melonjak dalam waktu enam bulan, Zhou telah dinobatkan sebagai pria tergemuk di Wuhan.

Melansir dari Oddity Central, Zhou mengeluh selama 48 jam ia tidak bisa memejamkan matanya hanya untuk sekedar terlelap.

Teka-teki Virus Corona Berasal dari Kelelawar atau Kebocoran Laboratorium Wuhan? Ini Jawabannya

NASIB Putri Konglomerat Vietnam, Kena Covid-19 di London Dipulangkan Naik Pesawat Carter Rp 5 Miliar

Ilustrasi karantina virus corona dan wilayah
Ilustrasi karantina virus corona dan wilayah (Freepik)

Diketahui, sebelum wabah virus corona muncul di kota tersebut, Zhou bekerja di sebuah kafe lokal.

Ia memiliki gaya hidup normal layaknya orang lain.

Tapi semuanya mulai berubah ketika Zhou menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam ruangan.

Aktivitas yang terbatas membuatnya tak bisa membakar kalori dan berat badannya pun mulai bertambah.

Hingga dalam beberapa bulan, berat badannya menjadi 280 kilogram.

Padahal sebelum pandemi Covid-19 menyerang, ia memiliki berat badan sekitar 190 kilogram.

Luluh Lantak Akibat Corona! Brasil Terpaksa Bongkar Kubur Mayat Lama Demi Makamkan Jenazah Covid-19

Kasus Zhou yang mengejutkan ini terungkap pekan lalu.

Setelah seorang dokter yang merawatnya di Rumah Sakit Pusat Selatan Universitas Wuhan mengungkap foto-fotonya pada 1 Juni 2020.

Zhou dilaporkan mengatakan kepada dokter bahwa ia tak meninggalkan rumahnya sejak lockdown diterapkan pada bulan Januari.

Karena berat badannya terus bertambah dan membuatnya kesulitan untuk tidur, ia akhirnya meminta bantuan medis.

Zhou saat ditangani tenaga medis
Zhou saat ditangani tenaga medis (Weibo via Oddity Centra)
"Dokter, saya belum menutup mata selama 48 jam.
Sangat tidak nyaman.

"Bisakah Anda membantu saya," ujar Zhou kepada Dr Li Zhen, wakil direktur Pusat Bedah Obesitas dan Metabolik di Rumah Sakit Pusat Selatan Universitas Wuhan.

Kala itu, Zhou diketahu telah meminta bantuan kepada dokter lain.

Namun ditolak karena berat badannya yang sangat ekstrem.

Diperlukan perjuangan bagi tim medis untuk mengeluarkan Zhou dari rumahnya dan memindahkannya ke ambulans sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit.

Heboh Hasil Rapid Test Pria Bukan Negatif Covid-19 Malah Reaktif Hamil, Petugas Akui Ada Kekeliruan

Setibanya di rumah sakit, ia langsung dirawat di ICU karena dalam tes awal menunjukkan Zhou mengalami berberapa gejala.

Seperti gagal jantung dan disfungsi pernapasan.

Sayangnya, ukuran tubuh Zhou menyulitkan dokter untuk melakukan tes penting lainnya, seperti tekanan darah dan EEG.

Selama 10 hari, dokter berjuang untuk menstabilkan kondisinya dan pada 11 Juni kondisinya dinyatakan stabil.

Zhou berhasil selamat dari masa kritis.

Li Zhen mengatakan bahwa obesitas yang dialami Zhou disebabkan oleh faktor genetik dan kelainan endokrin.

Aktivitas yang minim selama masa lockdown di Wuhan semakin memperparah kondisi Zhou.

Li Zhen dan timnya berharap dapat mengurangi setidaknya 22,6 kilogram berat badan Zhou.

Bila berhasil, maka Zhou akan lebih aman untuk melakukan operasi bypass lambung agar berat badannya bisa turun lebih cepat.

"Saya hanya bisa berharap bahwa dengan menyesuaikan pola makan sehat, istirahat, dan metode lainnya, berat badannya bisa berkurang lebih dari 22 kilogram dalam tiga bulan.

"Sehingga risiko operasi bisa berkurang," ujar Li Zhen

SEJARAH Mencatat 5 Wabah Terburuk Dunia Ini Bisa Berakhir, Lihat Cara Sukses Karantina hingga Vaksin

Mari belajar dari cerita sejarah 5 wabah penyakit terburuk dan terparah sedunia ini, nyatanya bisa disudahi dengan kunci pada karantina dan vaksinasi. 

Berikut lima wabah terburuk yang pernah melanda dan menewaskan banyak orang serta merugikan tak sedikit pihak di penjuru dunia.

Wabah yang melanda umat manusia ini pun ternyata sudah ada sejak zaman dahulu kala.

Dalam sejarah, beberapa wabah ini banyak menelan korban jiwa.

Terlebih banyaknya populasi orang yang hidup berdampingan dengan hewan.

 UPDATE TERBARU Corona Global Selasa 19 Mei 2020 Pagi, Indonesia Peringkat 33, Masih Lampu Merah

 Hati Najwa Shihab Amblas Lihat Petugas Antar Peti Kecil Pasien Corona Surga Menantimu Dek Bayi

Terkadang dengan sanitasi dan sumber daya alam yang terbatas.

Hal ini menyebabkan infeksi penyakit mudah menular dan menyebar.

Kemudian penyakit ini dapat mengancam orang dalam jumlah yang besar.

Berikut ini lima wabah terbesar yang tercatat dalam sejarah dunia:

1. Plague of Justinian

Plague of Justinian
Plague of Justinian (wikimedia)

Wabah ini terjadi pada tahun 541 masehi.

Justinian adalah wabah yang menginvasi Konstantinopel, ibu kota Kerajaan Byzantine.

Kota tersebut kini menjadi Kota Istanbul, Turki.

Tiga pandemi paling mematikan dalam sejarah berasal dari bakteri yang sama yakni Yersinia pestis.

Bakteri ini dibawa dari Mesir melalui Laut Mediterrania.

Yersinia pestis tersebut menempel pada tikus hitam yang ada di kapal.

Wabah tersebut pun menyebar dan mematikan Konstantinopel.

Penyebaran wabah ini pun hingga ke Eropa, Asia, Afrika Utara, dan Arab.

Diperkirakan bakteri tersebut membuat sekira setengah populasi dunia meninggal.

Jumlahnya diperkirakan 30-50 juta jiwa yang meninggal.

“Pada saat itu yang dilakukan hanya menghindari yang sakit. 
Besar keyakinan pada waktu itu pandemi berakhir karena orang yang terinfeksi dan masih hidup menghasilkan imunitas,” tutur Thomas Mockaitis, profesor sejarah di DePaul University.

2. Black Death

Black Death
Black Death (wikimedia)

Wabah ini terjadi 800 tahun setelah Plague of Justinian.

Di Eropa, tepatnya pada 1347, wabah yang sama pun menyerang.

Lama wabah ini menyerang sekira empat tahun dan menewaskan 200 juta jiwa.

Mockaitis menyebutkan belum ada yang mengetahui penyebab berhentinya wabah ini.

Namun pasti ada hubungannya dengan karantina.

Pada saat itu, pemerintah kota pelabuhan Ragusa, Italia, melakukan karantina terhadap para pelayar.

Ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa mereka tidak membawa penyakit.

Awalnya, para pelayar ditahan di kapal mereka selama 30 hari.

Kondisi tersebut dinamai Hukum Venesia sebagai trentino.

Kemudian, masa isolasi bertambah menjadi 40 hari yang dikenal sebagai quarantine.

Ini merupakan asal mula kata quarantine dan karantina.

3. The Great Plague of London

The Great Plague of London
The Great Plague of London (wikimedia)

Setelah Black Death selesai, wabah tersebut pun kembali melanda setiap 30 tahun sekali.

Wabah mulai menyebar dari 1348 - 1665.

Terdapat 40 kali wabah selama 300 tahun.

Peraturan memisahkan dan mengisolasi orang sakit pun ditetapkan oleh pemerintah Inggris pada 1500-an.

Serta rumah orang yang terjangkit diberi tanda di bagian depannya.

The Great Plague terjadi di London pada 1665 silam.

Ini menyebabkan orang tewas sekira 100.000 orang dalam waktu 7 bulan.

Saat itu semua ruang publik ditutup.

Serta orang yang terinfeksi wajib mengisolasikan diri dalam rumah untuk mencegah penyebarannya.

Mereka yang tewas dimakamkan secara massal.

Begitulah pandemi tersebut bisa berakhir.

4. Cacar Air

Cacar Air
Cacar Air (wikimedia)

Cacar air selama berabad-abad menjadi penyakit endemic di Eropa, Asia, dan negara-negara Arab.

Penyakit ini bisa menewaskan 3 dari 10 orang yang terjangkit.

Sisanya mengalami bekas luka yang cukup parah.

Orang yang membawa penyakit ini dari masa lampau ke dunia modern adalah para penjelajah Eropa.

Populasi yang kini menempati wilayah Meksiko dan Amerika Serikat memiliki nol imunitas terhadap cacar air.

Dengan kemunculan penjelajah Eropa di dua wilayah tersebut, angka kematian mencapai puluhan juta jiwa.

Beberapa wabad berselang, cacar merupakan virus epidemi pertama yang memiliki vaksin.

Butuh waktu setidaknya dua abad kemudian yakni pada 1980-an.

World Health Organization mengumumkan cacar air akhirnya kandas dari muka bumi.

5. Kolera

Lukisan Pavel Fedotov menunjukkan kematian akibat kolera pada pertengahan abad ke-19.
Lukisan Pavel Fedotov menunjukkan kematian akibat kolera pada pertengahan abad ke-19. (wikimedia)

Penyakit ini menyerang Inggris diperkirakan pada abad ke-19.

Wabah ini menewaskan setidaknya puluhan ribu orang.

John Snow merupakan salah satu dokter yang menyadari bahwa penyakit tersebut berasal dari air minum.

Snow pun meyakinkan pemerintah setempat untuk mengganti handle di sumber air Broad Street.

Alhasil infeksi kolera dapat berkurang seketika.

Hal yang dilakukan Snow ini menjadi acuan banyak pihak memperbaiki sanitasi dan menjaga kebersihan air minum dari kontaminasi bakteri.

Saat ini, kolera tereliminasi dari negara-negara maju.

Namun di negara-negara dunia ketiga, penyakit ini masih mengancam karena terbatasnya akses air bersih. (Sosok.id/TribunStyle.com/Nafis)

Sebagian artikel ini sudah tayang di Sosok.id dan TribunStyle.com dengan judul Kelamaan Karantina, Berat Badan Pria Ini Melonjak Drastis hingga 280 Kilogram, Bahkan Sampai Dinobatkan Sebagai Orang Tergemuk di Kotanya, SEJARAH Mencatat 5 Wabah Terburuk Dunia Ini Bisa Berakhir, Lihat Cara Sukses Karantina hingga Vaksin

Tags:
virus coronaCovid-19gemukWuhankarantinaZhou
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved