Kontroversi Kematian George Floyd
SIAPA Rainey A Backues Pria Bertato Kepulauan Indonesia Ikut Demo Rusuh di Amerika? Terkuak Motifnya
Viral foto pengunjuk rasa atas kematian George Floyd di Amerika Serikat (AS) bertato peta Indonesia, akhirnya minta maaf dan mengaku lahir di Jawa.
Penulis: Gigih Panggayuh Utomo
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNSTYLE.COM - Viral foto pengunjuk rasa atas kematian George Floyd di Amerika Serikat (AS) bertato peta Indonesia, akhirnya minta maaf dan mengaku lahir di Jawa.
Beredar foto seorang pria dengan tato peta Indonesia di lengannya hendak memecahkan kaca bangunan di AS.
Foto demonstran menjadi headline media internasional, yakni The Inquirer.
Hal ini lantas menjadi ramai diperbincangkan di Indonesia.
Akhirnya terungkap identitas pria yang ikut rusuh demo tersebut.
Lokasi kejadian tersebut dikabarkan berada di Philadelphia, di mana seorang pria bernama Rainey A Backues tengah memegang benda untuk memecahkan kaca Bank Wells Fargo.
• 5 FAKTA George Floyd, Kematiannya Picu Rusuh Seantero Amerika, Pernah Sekantor dengan Derek Chauvin
• Demo George Floyd Bergejolak di Seluruh AS, Donald Trump Labeli Antifa Jadi Teroris, Apa Itu?
• Potret Kerusuhan di Amerika Serikat, Buntut Demonstrasi Kematian George Floyd, Kantor Polisi Dibakar

Rainey kemudian memberikan klarifikasi dan minta maaf terkait viral fotonya melalui Instagram pada Senin (1/6/2020).
"Anda mungkin mengenali saya dari beberapa foto yang beredar di media sosial dalam beberapa jam terakhir," tulisnya lewat akun Instagram pribadinya, @rainsfordthegreat, dengan menyertakan fotonya yang viral itu.
"Jika Anda mengenal saya secara pribadi, Anda akan tahu bahwa apa yang terlihat di sana sangat berbeda dengan saya," imbuhnya.
Rainey menjelaskan, awalnya ia memulai hari dengan rutinitas bersepeda yang biasa ia lakukan setiap hari.
Saat melalui Center City, ia pun turut serta melakukan demonstrasi.
"Awalnya saya ingin mendokumentasikan di Instagram Story tentang apa yang saya lihat untuk mereka yang berada di rumah," terangnya.
Ia mengaku bahwa dirinya merasa sakit hati terhadap apa yang dialami George Floyd dan tindakan rasisme yang masih saja terjadi.
"Namun, ketika malam berlalu, saya mulai merasakan kemarahan gabungan dari pembunuhan George Floyd dan perasaan energi di hadapan ketidakadilan polisi nasional dari kerusuhan yang merebak di dalam diri saya.
"Bahkan hari ini, saya masih merasakan hasrat sakit hati yang disebabkan oleh ketidakadilan rasial yang sering diarahkan pada orang kulit berwarna, termasuk saya sendiri. Emosi ini sangat dalam," ungkap Rainey.