4 Hal yang Dianjurkan dan Menjadi Ibadah Sunah pada Bulan Syawal, dari Berpuasa hingga Menikah
Inilah empat ibadah sunah yang baik dilakukan bahkan dianjurkan pada bulan Syawal, mulai dari berpuasa hingga menikah.
Penulis: Gigih Panggayuh Utomo
Editor: Amirul Muttaqin
TRIBUNSTYLE.COM - Inilah empat ibadah sunah yang baik dilakukan bahkan dianjurkan pada bulan Syawal, mulai dari berpuasa hingga menikah.
Setelah sebulan penuh menjalankan ibadah wajib puasa Ramadhan, kini tiba bulan kemenangan, Syawal 1441 H.
Bulan Syawal adalah bulan baik bagi umat muslim, ditandai dengan hari raya Idul Fitri yang jatuh pada awal bulan.
Seusai Lebaran, ada beberapa amalan sunah yang baik dikerjakan di bulan Syawal ini.
Salah satunya adalah puasa Syawal selama enam hari.
Selain itu, ternyata masih ada sejumlah amalan lain yang dianjurkan.
• Inilah Manfaat Bagi Tubuh Ketika Menunaikan Puasa Syawal Selama 6 Hari, Serta Niat dan Ketentuannya
• Kapan Sebaiknya Melaksanakan Puasa Syawal? Bolehkah Dilakukan Tidak Berurutan? Ini Penjelasan Ustaz
Dihimpun dari berbagai sumber, berikut ini 4 amalan sunah yang dianjurkan untuk dikerjakan di bulan Syawal.
1. Puasa Syawal

Ibadah puasa sunah ini dilaksanakan selama enam hari di bulan Syawal.
Setelah menjalankan puasa Ramadhan dan kemudian setelah Lebaran menjalankan puasa sunah ini, maka pahala yang didapat setara dengan berpuasa setahun penuh.
Adapun hadis sahih yang menyebutkan tentang keutamaan puasa Syawal, yakni HR Muslim.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
"Siapa yang telah berpuasa puasa Ramadhan satu bulan penuh, kemudian ia mengikuti puasanya itu selama enam hari di bulan Syawal, maka sesungguhnya dia seolah telah berpuasa selama satu tahun penuh," (HR. Muslim no. 204).
Terkait kapan pelaksanaannya, Ust. Ferry Muhammadiyah Siregar melalui kanal YouTube Tribunnews.com memberikan penjelasan.
Menurutnya, sebagian ulama menyatakan lebih baik menjalankan puasa pada tanggal dua Syawal.
Namun, jika tidak memungkinkan, boleh dilaksanakan pada tanggal lain selama masih bulan Syawal.
"Misal kita mulai di tanggal tiga, mungkin pada tanggal satu dan dua Syawal saat hari raya kita banyak harus bersilaturahmi dan bermacam-macam kegiatan," terang Ferry.
Ia juga mengimbuhkan puasa Syawal bisa dilakukan secara enam hari berturut-turut maupun berselang seperti halnya puasa Senin Kamis.
2. Mengganti I'tikaf

I'tikaf adalah berdiam diri di dalam masjid sebagai ibadah sunah dengan syarat-syarat tertentu.
Amalan sunah ini yang dilakukan pada bulan Ramadhan bisa dikatakan sebagai ruang perawatan khusus untuk menghilangkan kanker dosa dari dalam hati.
Konon Rasulullah selalu melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
Ketika beliau tidak bisa i’tikaf, beliau kemudian menggantinya dengan i’tikaf sepuluh hari pertama di bulan Syawal.
Terdapat riwayat yang shahih dari Ummu al-Mukminin, yang menyatakan bahwasanya nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari pertama bulan Syawal dan dalam satu riwayat beliau melaksanakannya di sepuluh hari terakhir bulan Syawal. (HR. Bukhori & Muslim).
Dengan demikian, jika belum sempat melakukan i'tikaf pada bulan Ramadhan, bisa menggantinya di bulan Syawal ini.
3. Puasa Ayyamul Bidh

Puasa sunnah Ayyamul Bidh adalah puasa yang bisa dilakukan di pertengahan bulan Hijriah.
Ibadah ini jatuh pada hari ke-13, 14, dan 15 hijriah tiap bulannya.
Disebut Puasa Ayyamul Bidh karena pada 3 hari itulah bulan bersinar terang, sehingga malam tampak putih bercahaya.
Berikut beberapa dalil yang menjelaskan tentang anjuran Puasa Ayyamul Bidh:
Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ
“Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: 1- berpuasa tiga hari setiap bulannya, 2- mengerjakan shalat Dhuha, 3- mengerjakan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari no. 1178).
Dan juga dari hadits Ibnu Milhan Al Qoisiy, dari ayahnya, ia berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَأْمُرُنَا أَنْ نَصُومَ الْبِيضَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ . وَقَالَ هُنَّ كَهَيْئَةِ الدَّهْرِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa memerintahkan pada kami untuk berpuasa pada ayyamul bidh yaitu 13, 14 dan 15 (dari bulan Hijriyah).” Dan beliau bersabda, “Puasa Ayyamul Bidh itu seperti puasa setahun.” (HR. Abu Daud no. 2449 dan An Nasai no. 2434. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Namun, ada satu tanggal di mana tidak boleh melaksanakan puasa yakni pada 13 Dzulhijah.
Tanggal 13 Dzulhijah merupakan hari tasyrik, sehingga puasa ayyamul bidh tidak boleh dilaksanakan pada hari tersebut.
4. Menggelar Pernikahan

Amalan ini merujuk pada Rasulullah yang menikahi Aisyah pada bulan Syawal.
Hal ini berdasarkan hadist yang berbunyi:
"Rasulullah shallallhu 'alaihi wasallam menikahiku (Aisyah) pada bulan Syawal dan mengadakan malam pertama pada bulan Syawal. Istri Rasulullah mana yang lebih beruntung ketimbang diriku di sisi beliau?" (HR Muslim).
Para ulama khususnya kalangan madzhab Syafi'i menganggap bahwa menikah, menikahkan, atau berhubungan intim dengan istri baik dan dianjurkan untuk dilakukan pada bulan Syawal.
(TribunStyle.com/Gigih Panggayuh)
• Bacaan Niat Puasa Syawal dan Pengganti Puasa Ramadhan, Lengkap dengan Artinya
• Bacaan Niat dan Tata Cara Puasa Syawal, Boleh Dilakukan Berturut-turut atau Selang-Seling