Virus Corona
Kisah Penggali Kubur Covid-19 di Jakarta, Kerja 15 Jam Sehari, Satu Makam Harus Jadi dalam 10 Menit
Media asing soroti kisah para penggali makam jenazah Covid-19 di Jakarta yang harus kerja berat dengan cepat.
Penulis: Gigih Panggayuh Utomo
Editor: Agung Budi Santoso
Tantangan semakin bertambah ketika bulan Ramadhan, di mana banyak orang Indonesia, negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia, tidak makan dan minum di siang hari.
Seorang penggali kibir lain, Naman Suherman, mengatakan ia mampu mengatasi rasa haus dan lapar ketika sedang bertugas.

Ia berkeyakinan bahwa yang dilakukannya adalah sesuatu yang "mulia".
"Apa yang memperkuat iman saya pada pekerjaan ini adalah mengetahui bahwa saya dapat membantu membawa almarhum ke tempat peristirahatan terakhir mereka," kata penggali kubur berusia 55 tahun itu.
Beban Kerja yang Berat
Menurut pemberitaan South China Morning Post, setidaknya 2.107 orang telah dimakamkan di bawah protokol keamanan Covid-19 di Jakarta.
Kota-kota lain juga telah melihat angka pemakaman yang luar biasa tinggi dalam beberapa bulan terakhir, menunjukkan lebih banyak korban.
Basis data sukarela KawalCovid-19, yang diciptakan oleh para profesional kesehatan dan teknologi, memperkirakan ada lebih dari 3.000 kematian akibat virus di hanya 16 dari 34 provinsi.
Tidak mengherankan melihat beban kerja para penggali kubur di pemakaman Pondok Ranggon yang melambung.

Kendati demikian, sebagian besar penggali tidak tahu banyak soal risiko.
Pada awalnya mengubur korban virus tanpa alat pelindung.
"Awalnya, dari kita tidak ada yang tahu soal virus corona," ungkap Minar.
Ia mengaku baru tahu setelah menyaksikan pemberitaan di televisi mengenai penyakit menular itu.
“Hari berikutnya saya bergegas membeli masker wajah saya sendiri. Beberapa hari kemudian kami dapat alat pelindung diri,” tambahnya.
Sementara itu, Junaidi Hakim menceritakan pengalamannya dijauhi tetangga.