Virus Corona
Viral Istilah Herd Immunity dan New Normal Terkait Covid-19, Apa Perbedaannya? Simak Penjelasan Ini
Herd immunity, kemudian disusul dengan new normal, menjadi istilah yang viral terkait penanganan Covid-19. Apa perbedaanya?
Penulis: Gigih Panggayuh Utomo
Editor: Suli Hanna
TRIBUNSTYLE.COM - Herd immunity, kemudian disusul dengan new normal, menjadi istilah yang viral terkait penanganan Covid-19. Apa perbedaanya?
Kedua istilah tersebut belakangan ramai diperbincangkan dan dianggap bisa meredakan pandemi.
Apa itu herd immunity dan juga new normal? Kenapa dianggap bisa melawan virus corona?
Dikutip dari Healthline, herd immunity terjadi ketika begitu banyak orang dalam suatu komunitas menjadi kebal terhadap penyakit menular sehingga menghentikan penyebaran penyakit.
Ini dapat terjadi dalam dua cara, yaitu ketika:
- Banyak orang terjangkit penyakit ini dan pada waktunya membangun respons kekebalan terhadapnya (kekebalan alami);
- Banyak orang divaksinasi terhadap penyakit untuk mendapatkan kekebalan.
• HEBOH Meksiko Hujan Es Bentuk Mahkota Berduri bak Virus Corona, Begini Pesan yang Diyakini Penduduk
• Setelah Ada 6 Gejala Baru, Virus Corona Miliki 2 Tanda Positif Lain: Halusinasi Hingga Sulit Bicara

WHO Sebut Bahaya Herd Immunity
Alih-alih mendukung kepercayaan bahwa herd immunity bisa jadi alternatif pencegah corona, WHO justru mengingatkan bahayanya jika hal itu diterapkan.
Menurut WHO, konsep ini justru berbahaya jika diterapkan pada manusia.
Direktur eksekutif program darurat kesehatan WHO, Mike Ryan, menegaskan bahwa manusia bukanlah kawanan ternak.
"Ini adalah penyakit serius. Ini adalah musuh publik nomor satu. Kami mengatakannya lagi, lagi, dan lagi," kata Dr Ryan diberitakan The Telegraph, Selasa (12/5/2020).
Sementara itu, epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan bahwa strategi herd immunity berbahaya jika diterapkan.

Dicky menjelaskan bahwa herd immunity lebih tepat disebut sebagai kondisi ketika sudah ditemukannya vaksin.
Sebaliknya, jika vaksin belum ditemukan, maka istilah tersebut menurutnya kurang pas untuk dikaitkan dengan pandemi Covid-19.