Ramadhan 2020
Hukum Makan Sahur Setelah Imsak, Lengkap dengan Bacaan Niat Puasa Ramadhan 2020 & Doa Berbuka
Banyak pertanyaan soal apakah masih diperbolehkan makan sahur meski telah memasuki waktu imsak, berikut penjelasannya.
Editor: Ika Putri Bramasti
TRIBUNSTYLE.COM - Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) telah menetapkan 1 Ramadhan 1441 H pada hari ini Jumat, 24 April 2020.
Penetapan 1 Ramadhan 1441 H ini ditentukan dalam sidang isbat yang dipimpin oleh Menteri Agama, Fachrul Razi pada Kamis (23/4/2020).
"Kami dengan suara bulat menetapkan awal Ramadhan jatuh pada esok hari, Jumat, 24 April 2020," kata Fachrul Razi yang dikutip dari YouTube Kemenag RI.
Santap sahur menjadi salah satu momen yang paling dinantikan saat menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Apakah masih diperbolehkan makan sahur setelah imsak hingga adzan subuh?
• Apakah Mandi pada Siang Hari Membatalkan Puasa Ramadhan? Ini Penjelasannya
• Hari Pertama Puasa, Jadwal Imsakiyah 1 Ramadhan 1441 H di 5 Kota Besar Indonesia, Termasuk Jakarta

Dalam tanya jawab Tribunnews.com, dosen Fakultas Syariah IAIN Surakarta, Shiddiq mengurai jawaban mengenai pertanyaan tersebut.
Dalam penjelasannya, kita masih boleh makan sahur dan minum setelah imsak.
Sebab, ibadah puasa dimulai ketika masuk waktu fajar.
Sedangkan imsak sendiri bukan tanda dari masuknya waktu fajar.
Yang menjadi tanda masuknya fajar adalah azan subuh.
"Setelah imsak itu kita masih boleh makan dan minum. Kenapa ? karena imsak yang dipraktekkan itu bukan menandakan masuknya waktu fajar. Padahal masa menahan makan dan minum, menurut ulama itu mulai berlaku setelah terbitnya fajar," kata Shiddiq.
Hal itu sesuai dengan ayat Al Quran Surah Al Baqarah 187.
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ ٱلصِّيَامِ ٱلرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَآئِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ ٱللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ ۖ فَٱلْـَٰٔنَ بَٰشِرُوهُنَّ وَٱبْتَغُوا۟ مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ ٱلْأَسْوَدِ مِنَ ٱلْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا۟ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَٰشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَٰكِفُونَ فِى ٱلْمَسَٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ ٱللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ ءَايَٰتِهِۦ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
Arab-Latin, "Uḥilla lakum lailataṣ-ṣiyāmir-rafaṡu ilā nisā`ikum, hunna libāsul lakum wa antum libāsul lahunn, 'alimallāhu annakum kuntum takhtānụna anfusakum fa tāba 'alaikum wa 'afā 'angkum, fal-āna bāsyirụhunna wabtagụ mā kataballāhu lakum, wa kulụ wasyrabụ ḥattā yatabayyana lakumul-khaiṭul-abyaḍu minal-khaiṭil-aswadi minal-fajr, ṡumma atimmuṣ-ṣiyāma ilal-laīl, wa lā tubāsyirụhunna wa antum 'ākifụna fil-masājid, tilka ḥudụdullāhi fa lā taqrabụhā, każālika yubayyinullāhu āyātihī lin-nāsi la'allahum yattaqụn."
Terjemahannya, "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu."