Virus Corona
AS & Kota New York Kini Jadi Pusat Virus Corona, 20.577 Total Kematian, 2000 Meninggal Dalam Sehari
Amerika Serikat (AS) dan kota New York kini menjadi pusat virus corona dunia, 20.577 total kematian, 2000 meninggal dalam sehari, ini yang terjadi.
Penulis: Dhimas Yanuar Nur Rochmat
Editor: vega dhini lestari
Pada Jumat (10/4/2020), presiden 73 tahun itu menyatakan sudah membentuk dewan yang khusus menangani dampak medis maupun ekonomi.
Donald Trump menerangkan, dewan itu pada pekan depan bakal membantunya terkait "keputusan besar yang akan diambil" untuk mengatasi kolapsnya ekonomi.
• Cara Pendaftaran Tim Penanganan Tes Covid-19 BIN, yang Lolos akan Diprioritaskan Jadi PNS
• Nekat Curi Kompor di Sekolah yang Libur karena Corona, Maling Tinggalkan Jejak ini di Papan Tulis

New York pusat virus corona Amerika Serikat
New York memiliki jumlah kasus Covid-19 terbanyak di dunia, dan sekitar separuh korban meninggal di Amerika Serikat ( AS) akibat virus corona ada di sana.
Mengapa itu bisa terjadi, dan apa yang bisa diupayakan pemerintah untuk mengatasinya?
Kota padat
Lapor AFP dilansir Kompas.com jumlah terinfeksi virus corona di New York melebihi negara-negara Eropa dengan dampak terparah seperti Italia dan Spanyol.
Gubernur New York Andrew Cuomo berulang kali telah mengatakan, bahwa kepadatan dan jumlah pengunjung asing menjadikan New York City tempat penyebaran ideal untuk penyakit menular.
Ibu kota keuangan AS tersebut berpopulasi 8,6 juta jiwa. Ada 10.000 orang per kilometer persegi, menjadikannya kota terpadat di Negeri "Uncle Sam".

Keterlambatan persiapan
Pada 2 Maret ketika kasus kedua dikonfirmasi di New Rochelle bagian utara NYC, Cuomo mengatakan sistem perawatan kesehatannya adalah yang terbaik "di planet ini."
"Kami bahkan tidak berpikir itu akan sama buruknya dengan di negara lain," tambahnya saat itu, dikutip dari AFP.
Setelah banyak keraguan melingkupi, akhirnya Wali Kota New York City Bill de Blasio mengumumkan penutupan sekolah, bar, dan restoran mulai 16 Maret.
Cuomo dan de Blasio dari Partai Demokrat selama berminggu-minggu telah menyesalkan keterlambatan administrasi Trump dalam menjalankan tes Covid-19 di negara-negara bagian.
Bahkan sampai sekarang jumlah tesnya belum mencukupi.