Viral Hari Ini
Istri Meninggal Dunia, Pria Ini Terpaksa Bawa Putrinya yang Lumpuh untuk Keliling Berjualan Roti
Istri telah meninggal, pria ini terpaksa bawa putrinya yang lumpuh untuk keliling berjualan roti. Terungkap bagaimana perjuangnnya sehari-hari.
Editor: Monalisa
Sembari mengumpulkan uang untuk modal, akhirnya Inih berjualan kue kering selama bertahun-tahun.
Selanjutnya, di tahun 1968, Inih dan sang suami memberanikan diri membuka usaha sendiri.
"Kalau di daerah saya namanya Kremes. Tapi di sini bilangnya kue sarang burung. Dari ubi yang diparut halus, saya jualan itu. Dulu harga perkilo ubinya masih Rp 25," sambungnya.
Menurut satu diantara anak Inih yang bernama Ahmad Yani, saat itu usaha ibunya tak memiliki saingan.
Sampai akhirnya pemasaran kue sarang burung mencapai era kejayaannya di tahun 1970.
"Awalnya usaha rumahan, tapi akhirnya jadi pabrik dan miliki belasan karyawan," jelas lelaki yang akrab disapa Yani.
"Ibu saya yang pertama kali kenalkan kue sarang burung di kawasan Kramat Jati. Makanya miliki banyak pelanggan saat itu," ujarnya.
"Dulu tuh penghasilan Rp 2 ribu perhari besar banget. Nah sekira segitu penghasilan orang tua saya saat itu," tambahnya.
Lambat laun, banyak saudara dan kerabat yang belajar membuat kue sarang burung seperti Inih.
Akhirnya tepat di tahun 1978, usaha yang dirintis Inih dari nol ini bangkrut akibat persaingan dagang yang tinggi.
"Istilahnya ada yang jatuhin harga jual. Akhirnya 2 rumah yang dibeli oleh ibu selama punya pabrik di kontrakin dan kita semua balik ke kampung," ungkap Yani.
Selama 1978-1990, Inih beserta keluarganya menjalani hidup dengan berjualan kue kering serta serabi.
Keahlian Inih yang pandai membuat kue selalu menjadi berkah bagi keluarganya.
Melalui jemarinya, keluarganya bisa bertahan hidup dari hasil kue-kue buatannya.
Kembali ke Jakarta