viral hari ini
Viral Kisah Mirisnya Hidup Orang Terkaya di Hongkong, Dicurigai Pemerintah, Dibenci Masyarakat
Gejolak politik di Hong Kong membuat orang terkaya Hong Kong Li Ka-shing sedang dalam posisi serba salah.
Editor: Ika Putri Bramasti
Sekitar 28.000 perusahaan ritel, pariwisata, dan katering, serta pedagang asongan, masing-masing menerima bantuan hingga HK$ 60.000 melalui yayasan Li.
Menurut Simon Wong, Ketua Asosiasi Makanan dan Masakan Jepang di Hong Kong, uang dari Li itu menjadi bantalan yang sangat dibutuhkan para pebisnis restoran. "Seluruh proses sangat cepat, dan sebagian besar menerima uang segera setelah mengajukan aplikasi," kata Wong kepada Nikkei Asia Review.
Tetapi ada ironi dari kemurahan hati Li tersebut: kekayaannya yang besar melambangkan ketidaksetaraan sosial yang lebar.
Kata Wong, meski membantu, namun bukan uluran dana dari Li yang mereka butuhkan.
"Yang paling kami butuhkan dari tuan tanah adalah pengurangan sewa," kata Wong.
Beberapa pengembang, termasuk Li - yang memiliki 15 pusat perbelanjaan di Hong Kong - telah sepakat untuk memotong harga sewa meskipun ada penurunan tajam dalam pendapatan toko.
Sewa merupakan biaya tunggal terbesar bagi banyak bisnis di Hong Kong. Peritel di Hong Kong biasanya menghabiskan 40% anggaran mereka untuk sewa, dan sekitar 25% bagi pemilik restoran, menurut data statistik pemerintah Hong Kong pada 2017.
"Kita tidak bisa bertahan dalam keadaan seperti ini," kata Wong.

Sementara Li merangkul peran ganda sebagai kapitalis yang kejam dan dermawan, komentar Li yang samar-samar tentang masalah-masalah politik tidak membuat dia disukai kedua belah pihak, China maupun pengunjuk rasa.
Tidak seperti pengembang properti yang bisnisnya terutama di Hong Kong dan China, Li memiliki portofolio beragam yang mencakup Asia, Eropa, Amerika Utara, dan Australia.
"Li perlu mempertimbangkan kedua belah pihak. Dia tidak bisa dianggap sebagai pengikut tajam Partai Komunis, juga tidak bisa berperilaku seperti pendukung demokrasi," kata Joseph P.H Fan, Profesor di Fakultas Akuntansi dan Keuangan Keuangan di The Chinese University of Hong Kong.
Tahun lalu, perusahaan utama Li, CK Hutchison Holdings, menghasilkan lebih dari 80% laba dan pendapatannya di luar Hong Kong dan China daratan.
"Turunnya sebagian besar bisnisnya di luar negeri berarti Li sanggup mengambil risiko menyinggung Beijing lebih dari perusahaan lain, seperti Cathay Pacific Airways," kata Fan.
Namun, pada saat yang sama, keluarga Li masih memiliki pengaruh yang mengejutkan di Hong Kong. Dari properti dan ritel hingga transportasi dan telekomunikasi, hampir setiap aspek kehidupan di bekas jajahan Inggris tersentuh oleh kerajaan bisnis Li.
Namun keberhasilan itu bisa menjadi bumerang, ketika orang-orang muda marah atas kesenjangan di Hong Kong.