Cerita Perjuangan Muhamat Asraf Demi Jadi Paskibraka Nasional 2019: Rela Pakai Sepatu Sobek
Muhamat Asraf, harus melewati perjuangan demi bisa bertugas di Istana Negara pada Sabtu 17 Agustus 2019.
Editor: Ika Putri Bramasti
Sehari-harinya, Atik bekerja serabutan di kebun sawit.
"Saya tidak punya uang. Saya hanya kerja serabutan di kebun sawit dan karet orang lain."
"Kadang satu hari dapat gaji Rp 75.000. Itu pun enggak tiap hari," kata Atik.
Atik dan anak-anaknya tinggal di sebuah rumah bantuan Pemerintah Kabupaten Kampar.
Rumah itu dibangun di atas tanah milik saudaranya.
Sebelumnya, dia tinggal di sebuah rumah dari kayu yang dipinjamkan oleh kakak ibunya.
"Dulu kami tinggal di rumah kayu punya kakak ibu.
Tapi sekarang alhamdulillah dapat bantuan bedah rumah dari pemerintah," kata Atik.
Meski sudah tak punya suami, Atik mengaku tetap semangat menyekolahkan anaknya.
Asraf salah satunya.
Perjuangan itu membuahkan hasil.
Terbukti Asraf tumbuh menjadi siswa yang dikenal rajin dan tekun.
"Ashraf ini anak yatim dari lahir. Dia anak yang rajin dan tekun belajar. Saya selalu berdoa yang terbaik buat dia dan anak-anak saya yang lain," ucap Atik.
Pada saat mengikuti latihan dan seleksi, menurut dia, Asraf jarang sekali membawa uang.
Tapi, Atik selalu memberikan semangat dan motivasi.
Kini, anak kesayangannya itu sukses menjadi salah satu pasukan pengibar sang Merah Putih di Istana Negara.
"Saya sangat bangga sama Asraf," ungkapnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Asraf, Anak Yatim yang Jadi Paskibraka Nasional, Pinjam Sepatu Robek Saat Seleksi.