Breaking News:

Cerita Perjuangan Muhamat Asraf Demi Jadi Paskibraka Nasional 2019: Rela Pakai Sepatu Sobek

Muhamat Asraf, harus melewati perjuangan demi bisa bertugas di Istana Negara pada Sabtu 17 Agustus 2019.

Kolase TribunStyle
Kisah Asraf, Anak Yatim yang Jadi Paskibraka Nasional 

Muhamat Asraf, harus melewati perjuangan demi bisa bertugas di Istana Negara pada Sabtu 17 Agustus 2019.

TRIBUNSTYLE.COM - Paskibraka Nasional 2019 perwakilan Riau, Muhamat Asraf, harus melewati perjuangan demi bisa bertugas di Istana Negara pada Sabtu 17 Agustus 2019.

Muhamat Asraf adalah seorang anak yatim dengan latar belakang keluarga sederhana.

Asraf merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara.

Kini ia duduk di bangku kelas II SMAN 1 Kampar Kiri Tengah.

Kisah Asraf Anak Yatim Paskibraka Nasional 2019 Asal Riau, Lolos Seleksi Pakai Sepatu Robek Pinjaman

Ibunda Asraf, Atik, adalah seorang pekerja serabutan.

Ia tak menyangka jika putranya berhasil lolos seleksi dan mewakili provinsi menjadi Paskibraka tingkat nasional.

"Alhamdulillah, saya bangga sekali."

"Sungguh saya tidak menyangka Asraf bisa lolos ke tingkat pusat," ucap Atik seperti dikutip dari Kompas.com.

Di tengah keterbatasan keluarga, Atik mendukung penuh impian Asraf untuk menjadi Paskibraka.

5 Fakta Paskibraka Nasional 17 Agustus, Ini Rahasia Pemilihan Pembawa Baki yang Bakal Jadi Sorotan

Ia meminta sang putra berlatih sungguh-sungguh jika memang benar bertekad mengejar impiannya.

"Saya bilang ke dia, kalau memang mau jadi anggota Paskibraka, berlatihlah dengan tekun dan sungguh-sungguh," kata Atik.

Seleksi Pakai Sepatu Robek

Asraf sempat merasa minder karena tak memiliki sepatu untuk menghikuti seleksi Paskibraka Tingkat Nasional.

Orang tua Asraf juga tak mampu membelikannya sepatu karena keterbatasan biaya.

Namun sang ibu tak menyerah begitu saja.

Atik lalu berusaha mencari pinjaman sepatu ke tetangga untuk putranya.

"Dia sempat malu sama kawan-kawannya. Jadi saya pinjam sepatu tetangga," kata Atik.

Atik mengakui tak memiliki biaya untuk anaknya mengikuti seleksi Paskibraka.

Asraf sama sekali tak dibekali uang saat mengikuti serangkaian seleksi.

Sehari-harinya, Atik bekerja serabutan di kebun sawit.

"Saya tidak punya uang. Saya hanya kerja serabutan di kebun sawit dan karet orang lain."

"Kadang satu hari dapat gaji Rp 75.000. Itu pun enggak tiap hari," kata Atik.

Atik dan anak-anaknya tinggal di sebuah rumah bantuan Pemerintah Kabupaten Kampar. 

Rumah itu dibangun di atas tanah milik saudaranya.

Sebelumnya, dia tinggal di sebuah rumah dari kayu yang dipinjamkan oleh kakak ibunya.

"Dulu kami tinggal di rumah kayu punya kakak ibu.

Tapi sekarang alhamdulillah dapat bantuan bedah rumah dari pemerintah," kata Atik.

Meski sudah tak punya suami, Atik mengaku tetap semangat menyekolahkan anaknya. 

Asraf salah satunya.

Perjuangan itu membuahkan hasil.

Terbukti Asraf tumbuh menjadi siswa yang dikenal rajin dan tekun.

"Ashraf ini anak yatim dari lahir. Dia anak yang rajin dan tekun belajar. Saya selalu berdoa yang terbaik buat dia dan anak-anak saya yang lain," ucap Atik.

Pada saat mengikuti latihan dan seleksi, menurut dia, Asraf jarang sekali membawa uang.

Tapi, Atik selalu memberikan semangat dan motivasi.

Kini, anak kesayangannya itu sukses menjadi salah satu pasukan pengibar sang Merah Putih di Istana Negara.

"Saya sangat bangga sama Asraf," ungkapnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Asraf, Anak Yatim yang Jadi Paskibraka Nasional, Pinjam Sepatu Robek Saat Seleksi.

Tags:
Muhamat AsrafPerjuangan Muhamat Asraf jadi paskibraka nasional Muhamat Asraf pakai sepatu robek
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved