Bahaya Mana, Vape atau Rokok? Chance Ammirata, Mahasiswa Korban Vape Membeberkan Efeknya
Bahaya Penggunaan Vape, Simak Risiko Kesehatan Menurut Para Ahli dan dokter, cara berhenti menggunakan yang dialami Siswa 18 Tahun di Amerika.
Penulis: Anggia Desty
Editor: Amirul Muttaqin
Menurut Dr. Keith Humphreys, seorang psikiater di Stanford Health Care, “Keseimbangan bukti masih menunjukkan bahwa e-rokok kurang merusak kesehatan daripada merokok, meskipun reputasi e-rokok tidak berbahaya, tetapi tidak dibenarkan, karena tidak lebih mematikan daripada rokok yang pada akhirnya akan membunuh lebih dari 450.000 orang Amerika tahun ini,"
Dr. Cedric "Jamie" Rutland, seorang dokter paru dan dokter perawatan kritis dan asisten profesor klinis di University of California di Riverside School of Medicine menjelaskan, "Akal sehat akan memberitahu Anda (bahwa vaping) mengarah ke peradangan di dalam paru-paru,"
Menurut Centers for Disease Control (CDC), anak-anak dan orang dewasa telah diracuni dengan menelan, bernapas atau menyerap cairan rokok elektronik melalui kulit atau mata mereka.
TRIBUNSTYLE.COM - Industri tembakau dipaksa untuk mengakui bahaya merokok dengan memperingatkan perokok dengan cara memberikan foto mengerikan pada bungkus rokok.
Setelah rokok diberi peringatan muncullah produk e-rokok dan produk vaping lainnya.
Industri tembakau dalam beberapa tahun terakhir telah memperkenalkan serangkaian produk elektronik, termasuk sistem pengiriman nikotin elektronik (ENDS) yang menyebarkan cairan yang mengandung nikotin, campuran bahan kimia seperti propilen glikol atau gliserin dan perasa.
Cairan itu dipanaskan menjadi uap, yang dihirup pengguna.
Dikutip dari nbcnews.com, menurut Centers for Disease Control (CDC), pemuda Amerika sekarang lebih cenderung menggunakan e-rokok daripada bentuk tembakau lainnya.
Pada tahun 2016, lebih dari dua juta siswa sekolah menengah dan menengah menggunakan e-rokok setiap bulan.
Dalam minggu ini pada Agustus 2019, dilaporkan seorang siswa berusia 18 tahun di Amerika Serikat menjalani operasi darurat untuk paru-paru yang diklaim disebabkan oleh vaping, atau menggunakan rokok elektronik (e-rokok).
Chance Ammirata, dari Florida, Amerika Serikat mengatakan ia mulai menggunakan Juul (produk vape yang populer dan ramping) yang mengandung nikotin, sekitar 18 bulan lalu setelah ia meyakini bahwa itu adalah alternatif yang aman untuk merokok.
Setelah merasakan rasa sakit di sisi kiri tubuhnya dan berjuang untuk duduk di kursi, ia pergi ke rumah sakit dimana ia diberitahu paru-paru kirinya telah rusak.
Menurut National Household Strategy Drug Survey terbaru, sekitar sembilan persen dari populasi melaporkan pernah menggunakan e-rokok, dengan penggunaan tertinggi di antara mereka yang berusia antara 18 dan 24.
Chance Ammirata mengatakan, "Ketika mereka melakukan operasi besar yang sebenarnya untuk mengembalikan kembali paru-paru saya, dokter bedah berkata apapun yang Anda lakukan dengan merokok telah meninggalkan titik-titik hitam di paru-paru Anda,"
Chance Ammirata pun berbagi foto-foto kerusakan paru-paru dan waktu di rumah sakit lewat akun sosial medianya twitter (@Chanceammirata), Ammirata mendesak orang lain untuk berhenti menggunakan e-rokok, dengan mengatakan, "Kamu pikir Juul aman. Begitu juga aku," tulisnya.
