Viral Hari Ini
Mengenal Fenomena Awan Topi Gunung Rinjani yang Viral di Medsos, Apakah Berbahaya Bagi Manusia?
Mengenal fenomena awan topi Gunung Rinjani yang viral di media sosial, apakah berbahaya bagi manusia?
Editor: Irsan Yamananda
Berbahayakah awan topi bagi pendaki?
Di balik bentuknya yang cantik, awan topi berisiko menimbulkan bahaya untuk pendaki.
Mengutip dari Tribunnews, turbulensi atau pusaran angin yang membentuk awan topi menyebabkan suhu di puncak gunung menjadi sangat dingin.
Hal tersebut berbahaya bagi pendaki karena berisiko menyebabkan hiportemia.
Hipotermia adalah kondisi mekanisme tubuh kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin.
Gejala hipotermia ringan seperti berbicar amelantur, detak jantung melemah, tekanan darah menurun, dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha tubuh untuk menghasilkan panas.

Pada penderita hipotermia moderat, detak jantung dan respirasi melemah hingga hanya 3-4 kali bernapas dalam satu menit.
Semenatara di tingkat yang lebih parah, penderita tidak sadar diri, badan menjadi sangat kaku, pernapasan sangat lambat hingga kehilangan panas tubuh.
Selain itu, hembusan angin saat terjadi awan topi bisa membuat pesawat terguncang sehingga bisa kehilangan altitudenya dengan cepat.
• Proses Evakuasi Pendaki Rampung Dilakukan, Taman Nasional Gunung Rinjani Kini Ditutup
• 5 Fakta Terbaru Gempa Lombok, Kondisi Jenazah Turis Malaysia hingga Kesaksian Pendaki Gunung Rinjani
Awan Topi di Gunung Rinjani
Fenomena awan topi bukan pertama kai terjadi di Gunung Rinjani.
Sebelumnya, fenomena alam itu pernah terjadi pada 2009 dan terakhir pada 2018, tepatnya pada Mei dan September.
Namun, awan topi kali ini berbeda dari sebelumnya.
"Namun memang topinya tidak pernah sesempurna ini. Topi awan terjadi karena ada pusaran angin di puncak. Kami selalu berkoordinasi dengan BMKG soal ini," kata Teguh Riyanto, Kepala Seksi Wilayah I Lombok Utara, Taman Nasional Gunung Rinjani, Rabu (17/7/2019), dikutip dari Kompas.com.
Bagi Anda yang ingin mendaki jangan khawatir, pendakian tetap dibuka.