Wawancara Eksklusif
Perjalanan, Nyawa, dan Momen Spiritual dalam 'Mantra Mantra' Kunto Aji
Banyak isu menarik yang diangkat Kunto Aji lewat album Mantra Mantra, mulai dari mental health, self healing, hingga kisah tentang overthinker.
Penulis: yohanes endra
Editor: Dimas Setiawan Hutomo
Saya kebanyakan membuat lagunya dengan gitar elektrik.
Dari segi musik di album kedua ini terbilang banyak banget perbedaan dari yang pertama, apa aja sih influence musiknya? Lalu proses pembuatannya gimana? Apakah berangkat dari Mas Kun ngulik pakai gitar kemudian ngobrol sama produser buat mengerjakan aransemennya?
Saya tidak ada influence yang spesifik sih, ini adalah hasil pengendapan berbagai jenis musik yang masuk di kepala saya, jadi pas dibikin ya udah keluar aja.
Untuk pembuatannya, saya selalu datang ke produser dengan membawa lagu.
Tapi sebelum itu saya selalu membicarakan tema besar tentang albumnya, tentang lagunya, saya mau gini-gini segala macem.
Ada yang sudah jadi lagunya, ada yang saya bikin di situ juga.
Maksudnya tetep saya bikin sendiri lagunya karena saya belum bisa nulis lagu bareng orang lain.
Jadi maksudnya, kalau ada orang yang menuliskan lagu untuk saya atau membuatkan nada untuk saya tuh saya belum bisa.
Tapi produser saya ada di situ, jadi dia juga tahu prosesnya.
Kemudian mereka, para produser membantu saya untuk menerjemahkan aransemennya, flow-nya.
Mereka menerjemahkan dengan kemampuan instrumental dan aransemen mereka yang luar biasa, terutama Petra, Uga, dan Ankadiov.
(Dalam menggarap album 'Mantra Mantra', Kunto Aji mengajak 4 produser sekaligus yaitu, Ankadiov Subran, Petra Sihombing, Anugrah 'Uga' Swastadi, dan Bam Mastro.)
Sedangkan Bam Mastro paling berbeda karena kami berdua bikin musiknya dulu kemudian kami bikin strings-nya, kami buat sampel, lalu saya bikin lagu di atas musik itu.
Boleh cerita sedikit tentang keterlibatan 4 produser yang ada di album ini?
Saya ingin mereka mengeksplorasi apa yang ada di kepala saya dalam bentuk musik.
Saya selalu ngobrol dengan mereka, seperti hal-hal yang penting sampai yang nggak penting, seperti apa yang kita suka dari segi musik dan penulisan.
Saya selalu mencari persamaan sampai akhirnya berada di titik untuk membuat sebuah karya.
Di album pertama, Kunto Aji cerita bahwa banyak riset yang terjadi. Kalau di album kedua ini bagaimana proses menggali ide kreatif albumnya yang mengusung tema mental health?