Suka Berbohong Ternyata Termasuk Penyakit Kejiwaan, Begini Penjelasannya
Seringkali orang berbohong karena mereka mencoba mengendalikan situasi dan menggunakan pengaruh.
Editor: Amirul Muttaqin
TRIBUNSTYLE.COM - Salah satu hal yang sering dilakukan manusia adalah berbohong.
Manusia mulai berbohong sejak usia tiga atau empat tahun.
Pada titik tersebut dalam perkembangan otak manusia, kita belajar bahwa ada "alat" yang serbaguna dan kuat.
Dengan alat tersebut, kita bisa bermain dengan kenyataan dan mempengaruhi apa yang terjadi.
• 5 Zodiak ini Gampang Banget Dibohongi, Awas Jatuh ke Lubang yang Sama!
Meski begitu, berbohong selalu diasosiasikan dengan sesuatu yang buruk dan tidak boleh dilakukan.
Namun, berbohong juga menimbulkan sensasi tersendiri yang membuat beberapa orang terus menerus melakukannya.
Kondisi orang yang terus menerus berbohong disebut dengan penyakit kebohongan.
Orang-orang tersebut tidak bisa berhenti menyebarkan informasi salah tentang diri mereka sendiri dan orang lain.
Alasan psikologis mengapa beberapa orang seperti ini sebenarnya masih menjadi misteri.
Namun, dalam edisi ketiga buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, penyakit kebohongan ini merupakan gangguan kepribadian seperti juga psikopati dan narsisme.
"Saya pikir itu berasal dari cacat dalam sambungan naurologis pada hal yang menyebabkan kita memiliki rasa kasih dan empati," ungkap Judith Orloff, seorang psikiater sekaligus penulis buku he Empath's Survival Guide dikutip dari Business Insider, Minggu (10/06/2018).
"Karena narsisis, sosiopat, dan psikopat memiliki apa yang disebut gangguan kekurangan empati, yang berarti mereka tidak merasakan empati dengan cara biasa," sambungnya.
Bukan Masalah Besar
Ketika Anda tidak peduli dengan orang lain, kebohongan bukan menjadi masalah besar.
Itu karena kurangnya empati yang merupakan kurangnya hati nurani.