Breaking News:

Hari Ini 20 Tahun Silam, Soeharto Mundur dari Jabatan Presiden, Begini Kisah Dibaliknya

Tuntutan reformasi masyarakat yang diwakili melalui aksi mahasiswa, mencapai puncaknya saat mahasiswa menguasai gedung DPR/MPR pada 18 Mei 1998.

Editor: Amirul Muttaqin
TribunStyle.com/Kolase

Meski begitu, Soeharto terus mencermati perkembangan politik yang terjadi.

Pada 18 Mei 1998 malam, sekitar pukul 21.30 dia menerima laporan perkembangan dari empat Menteri Koordinator.

Saat itu, ada wacana agar Kabinet Pembangunan VII dibubarkan dan tidak sekadar dirombak.

Ini diperlukan agar orang yang terpilih tidak malu.

Namun, belum sempat wacana itu muncul, Soeharto mengatakan, "Urusan kabinet adalah urusan saya."

Para menko itu heran karena Soeharto sudah tahu, hingga tidak ada yang berani membicarakan wacana itu.

Kemudian esok harinya, 19 Mei 1998, Soeharto bertemu ulama dan tokoh masyarakat di kediamannya, Jalan Cendana, Jakarta Pusat.

Usai pertemuan yang juga dihadiri tokoh seperti Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid itu, Soeharto menyatakan bahwa dia akan melakukan reshuffle kabinet dan membentuk Komite Reformasi.

Menurut Nurcholish, ide itu murni datang dari Soeharto.

Tidak ada tokoh yang menyampaikannya kepada Bapak Pembangunan tersebut.

Tokoh seperti Nurcholis dan Gus Dur pun menolak terlibat dalam Komite Reformasi.

Heboh Tweet #SBYJelaskan Jadi Humor Terkini di Jagat Maya, Dibuat Meme Netizen Bikin Ngakak

Di luar Cendana, penolakan juga disuarakan sejumlah tokoh.

Amien Rais misalnya, yang mempermasalahkan kapan pemilu itu akan dilaksanakan.

Menurut Amien, hal terpenting saat itu adalah mundurnya Soeharto.

Sehingga usulan Komite Reformasi dianggap hanya cara Soeharto mengulur waktu.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Tags:
SoehartoGolkarHarmokoB.J. Habibie
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved