Teror Bom
Tetangga Dekat Pelaku Bom Surabaya Beberkan Fakta Perilakunya, Tidak Seperti yang Diberitakan!
Teman Dita Supriyanto, pelaku bom tiga gereja Surabaya, Binawan Widyarto blak-blakan mengungkapkan soal sosok Dita sebenarnya.
Editor: Dimas Setiawan Hutomo
TRIBUNNEWS.COM - Teman Dita Supriyanto, pelaku bom tiga gereja Surabaya, Binawan Widyarto blak-blakan mengungkapkan soal sosok Dita sebenarnya.
Cerita ini diungkapkan Binawan di acara Indonesia Lawyers Club, pada 15 Mei 2018.
Acara ini dipandu Karni Ilyas yang tayang di stasiun TV, TVOne.
Binawan ini sudah bertetangga dengan Dita selama 6 tahun. Rumah Binawan ini hanya berbeda dua rumah dari rumah Dita.
"Dalam kehidupan sehari-hari, baik, dengan tetangga baik. Kita ke musala hampir setiap hari. Salat Magrib, Isya, Subuh selalu berjamaah bersama Pak Dita," ujar Binawan.
Salat berjamaahnya ini biasanya dilaksanakan di Musala Al Ikhlas, Wisma Indah, Wonorejo, Rungkut, Surabaya.
Binawan juga mengaku kaget ketika melihat Dita dan keluarganya menjadi pelaku bom bunuh diri gereja.
"Dalam kehidupan sehari-hari gak terlihat punya nyali seperti itu," ujarnya.
Karena menurutnya, pakaian sehari-hari yang dipakai Dita dan keluarga biasa saja. Tak ada yang mencolok.
"Pakaiannya biasa. Istrinya juga pakai baju warna warni. Pak Dita juga sering pakai celana jins. Bukan baju-baju gamis. Wajahnya pun polos, tanpa kumis dan jenggot. Dahinya pun biasa (tak ada noda hitam seperti yang biasa digambarkan)," ujarnya.
"Dari obrolan ketika ke mesjid, ada tidak kesan soal paham radikal yang dianut Dita?" tanya Karni.
Binawan pun mengaku tidak ada sama sekali.
Kegiatan dirinya bersama Dita ketika pergi dan pulang dari mesjid biasa saja.
"Abis salat salaman, pulang ngaji, atau ngobrol di masjid," ujarnya.
Karni pun kembali bertanya soal adanya kumpul-kumpul yang terdiri atas orang-orang tak dikenal.
Binawan pun mengaku tak ada. Tidak pernah ada kegiatan pengajian yang mencurigakan.
Namun, jika ada yang masih sangsi soal keterangannya, maka bisa menghubungi ketua RT.
Mengenai pekerjaan Dita yang seorang pedagang minyak kemiri, Binawan pun mengungkapkan fakta mengejutkan.
Pelanggan dan pembeli minyak kemiri Dita ini kebanyakan orang-orang non Muslim.
"Harga minyak kemirinya Rp 200 ribu per liter," ungkap Binawan.
Karni masih penasaran, ia pun kembali menyakan apakah dari obrolan dengan Dita yang menyingung dan mencela umat beragama lain.
Binawan kembali menegaskan kawasan perumahan Dita ini bersebelahan dengan perumahan Nirwana Eksekutif.
Perumahan Nirwana ini justru banayak dihuni oleh orang-orang beragama lain, bahkan hanya satu persen saja yang beragama Islam.
"Kalau menurut saya, dia (Dita) toleransi dengan umat agama lain," akunya.
Bahkan Dita sering kali mengantar anaknya pergi renang yang ada di kawasan perumahan Nirwana.
Kolam renang tersebut campur baur, antara laki-laki dan perempuan bersatu di satu tempat.
Tak ada pemisahan yang biasa dianut paham Islam yang radikal.
Namun, Binawan mengungkapkan fakta lainnya soal gelagat aneh dari anaknya Dita.
Ini terjadi sebelum Dita dan keluarga lakukan bom bunuh diri.
"Saya duduk bersebelahan di saf kedua bareng Pak Dita," ujarnya.
Seperti biasa, usai salat Magrib seperti biasa saling bersalaman.
Namun ketika salaman dengan Dita, anak laki-lakinya ini menangis.
Usai salaman, nangis, kemudian Dita dan anaknya berpelukan. Lalu pulang.
Menurut Binawan, yang berpelukan dan nagis ini merupakan anak sulung Dita, yaitu Yusuf Fadhil,
Binawan mengaku tak sempat menanyakan kenapa anak Dita tersebut menangis.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian kepada media menyampakan bahwa pelaku adalah anggota jemaah JAD. Kelompok ini tidak lain adalah sel jaringan ISIS.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/style/foto/bank/originals/keluarga-dita-supriyanto_20180514_162443.jpg)