Ayahnya Suntikkan Darah Terkena HIV Sejak Kecil, Begini Cara sang Anak Balas Dendam Saat Dewasa!
Brryan Jackson terlihat gugup ketika dibimbing dari ruang tunggu penjara melewati pintu masuk yang berdenting memecah kesunyian ruang sidang.
Editor: Dimas Setiawan Hutomo
"Saya didiagnosis dengan AIDS stadium lanjut dan tiga infeksi akut."
Para dokter berkesimpulan bahwa tidak ada harapan bagi kelangsungan hidupnya.
"Mereka menginginkan saya menjalani hidup normal sebisa mungkin," katanya.
"Jadi mereka memberi saya kesempatan selama lima bulan untuk hidup dan menyuruh saya tinggal di rumah."
Gangguan pendengaran
Para dokter terus merawat Jackson, meskipun, dengan dengan obat-obatan yang terbatas.
Ia mengatakan, masa kecilnya bisa berubah dalam "satu hari".
"Suatu hari saya akan tampak baik-baik saja, satu jam berikutnya saya bisa bergegas kembali ke rumah sakit karena infeksi lain," kata dia.
Ia lalu menderita gangguan pendengaran sebagai efek samping dari obat-obatan yang ia konsumsi.
Tidak seperti anak-anak lainnya yang tidak mampu bertahan hidup, kesehatan Jackson justru makin membaik dan inilah yang membuat para dokter tercengang.
Akhirnya, ia dinyatakan cukup sehat dan dapat bersekolah, dan mulai belajar di kelas paruh waktu.
Ke sekolah, dia membawa tas ransel yang dipenuhi obat-obatan yang disuntikkan melalui pembuluh darah.
Jackson adalah seorang anak kecil yang ramah, dan ia tidak menyadari stigma sosial seputar penyakitnya.
"Tragedi kehidupan di sekolah saya adalah ketika sekolah tidak menginginkan saya. Mereka takut."
"Kembali ke tahun 90-an, orang-orang saat itu berpikir bahwa Anda bisa terjangkit AIDS dari kursi toilet."
"Saya juga pernah membaca sebuah buku yang mengatakan bahwa Anda bisa terkena HIV melalui kontak mata," katanya.
Namun, bukan anak-anak yang merasa takut pada Jackson, justru orangtua mereka.
Mereka tidak akan mengundangnya ke pesta ulang tahun. Namun, seiring pertumbuhan, teman-teman Jackson mulai meniru orangtua mereka yang berprasangka terhadapnya.
"Mereka memanggil saya dengan sebutan-sebutan seperti, 'Anak AIDS, anak gay."
"Saat itulah saya mulai merasa terisolasi dan sendirian. Saya merasa seperti tidak ada tempat di dunia bagi saya," katanya.
Saat berusia 10 tahun ia mulai mengumpulkan potongan-potongan kisah kejahatan ayahnya.
Namun dibutuhkan beberapa tahun lagi mengetahui dampak dahsyat kejahatan ayahnya terhadap kehidupannya.
"Pada awalnya saya sangat marah. Saya menonton film-film yang mengggambarkan keceriaan antara seorang ayah dan anak."
"Sulit rasanya membayangkan bagaimana ayah saya sendiri bisa melakukan itu kepada saya," kata dia.
"Ia bukan hanya mencoba untuk membunuh saya, tapi ia juga telah mengubah hidup saya selamanya."
"Ia bertanggung jawab atas tindakan bullying, ia bertanggung jawab atas tahun-tahun yang saya habiskan di rumah sakit."
Ia adalah alasan mengapa saya sadar akan kesehatan saya dan apa yang saya lakukan," ungkapnya.
Ketika berusia 13 tahun, ia mempelajari Alkitab sendirian di kamar tidurnya. Ia menemukan keyakinan dan hal inilah yang membuatnya memaafkan ayahnya.
"Memaafkan adalah hal yang tidak mudah," katanya.
"Tapi saya tidak ingin menurunkan diri ke levelnya."
Ubah identitas
Meskipun ia terlahir dengan nama Bryan Stewart Jnr, tahun lalu ia menambahkan huruf 'R' untuk nama pertamanya, mengambil nama keluarga ibunya, Jackson.
"Mengubah nama membantu saya melindungi identitas saya," katanya.
"Ini juga menunjukkan bahwa 'Saya tidak punya hubungan dengan Bryan Stewart. Saya adalah korban kejahatannya."
"Selama sidang pembebasan bersyarat ia terus memanggilku, 'nak'. Saya mencoba untuk mengangkat tangan dan memintanya untuk menyebut saya sebagai korbannya."
"Saya pikir, mengapa ia mengakui saya sebagai anaknya? Apakah seorang ayah akan menyuntikkan HIV ke tubuh anaknya?
Jackson masih bisa tertawa, meski ia melewati masa-masa kelam yang diakibatkan oleh penyakit yang dideritanya, tertawa dengan para perawat ala film Forrest Gump di ranjang rumah sakit.
"Saya selalu membuat lelucon," kata dia.
"Saya suka membuat lelucon tentang bagaimana rasanya positif terjangkit HIV, atau bagaimana rasanya menjadi kesulitan mendengar atau apa rasanya hidup tanpa seorang ayah."
"Saya rasa jika saya tidak menjadi seorang motivator, saya akan menjadi seorang komedian."
"Orang-orang bingung. Mereka pikir selera humor merupakan cara untuk menangani penyakit yang saya derita."
"Tapi saya yakin jika Anda memiliki kemampuan untuk menertawakan tragedi, Anda akan mampu mengatasi hal-hal buruk yang terjadi dalam hidup Anda, Anda punya kekuatan."
Terbangun dari mimpi buruk
Pada bulan Juli, Jackson menerima surat dari Lembaga Pemasyarakatan Missouri yang memberitahukan bahwa berdasarkan keputusan sidang, pengajuan pembebasan bersyarat sang ayah ditolak untuk tempo lima tahun ke depan.
"Yang bisa saya lakukan di persidangan adalah membacakan pernyataan dan berdoa akan adanya keadilan. Namun, mendengar putusan tersebut, saya sangat termotivasi," katanya.
"Ada saat-saat saya terbangun dari mimpi buruk, saya takut ia mungkin akan kembali untuk menuntaskan dendamnya," katanya.
"Saya mungkin telah memaafkannya, tapi meski telah memaafkan, saya percaya Anda harus membayar konsekuensinya."
Meskipun ayahnya membela diri di pengadilan bahwa ia menderita gangguan stres (PTSD), usai kembali dari Arab Saudi, Jackson merasa tidak yakin.
Ia mengatakan, ayahnya bertugas sebagai cadangan angkatan laut dan tidak pernah melihat pertempuran.
"Saya sehat seperti kuda! Lebih sehat dari kuda! Saya mungkin sedikit kelihatan gemuk, tapi saya masih menganggap diri saya seorang atlet yang baik," kata dia.
"Kini jumlah sel T saya di atas rata-rata. Itu artinya saya tidak memiliki peluang untuk menularkan virus."
"Saya makan 23 pil sehari, saya tidak tahu apa yang telah saya lakukan, tapi sekarang status HIV saya tidak 'terdeteksi'.
"Saya masih memiliki AIDS," katanya.
"Sekali didiagnosa mengidap HIV, akan selalu didiagnosa mengidap HIV," sambungnya.
Meskipun ia sibuk dengan karirnya sebagai seorang motivator dan memiliki badan amal, Hope is Vital, yang mempromosikan pemahaman tentang HIV, ia seringkali memimpikan untuk menjadi seorang ayah.
Memiliki seorang ayah yang buruk, ia merindukan menjadi seorang bapak yang baik.
"Saya ingin menjadi seorang ayah," katanya.
"Menjadi seorang ayah adalah sesuatu yang membuat saya berarti."
"Saya ingin membesarkan anak-anak saya. Saya ingin memberi mereka sebuah pandangan bahwa dunia adalah tempat yang damai."
"Saya akan selalu berada di sana untuk melindungi mereka. Baik dalam keadaan suka maupun duka," ungkap Brryan. (Valdy Suak)
BACA JUGA:
• Sudah 10 Bulan Ibu Bangun Tidur dengan Kondisi Lelah, CCTV Ungkap Misteri yang Terjadi Malam Hari
• Untung Belum ke Jenjang Pernikahan, Kebohongan Pria ini Terbongkar, Si Wanita Berterima Kasih
• Viral Cewek Naik Ojek, Ajak Driver Mampir Sarapan, Gak Usah Mbak, Ntar Mbak Malu Saya Lusuh Begini
• 5 Alasan Syahrini Dianggap Cocok Berjodoh dengan Ariel Noah, Mulai Fisik, Status, Sampai Usia
• Ingat Sony Wakwaw? Lama Tak Terdengar, Kini Jualan Sepatu! Lihat Penampilannya Sekarang!
Yuk Subscribe YouTube dan Like Fanpage TribunStyle.com di bawah ini:
Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Disuntik HIV Sejak Kecil Oleh Ayah Kandung, Lihat Cara Balas Dendam Anak Ini Saat Dewasa