Ungkap Pembahasan Ini di Mata Najwa, Ketua BEM UGM Obed Kresna Banjir Pujian, Beda dengan Zaadit!
Aksi ketua BEM Universitas Indonesia (UI) yang memberikan kartu kuning kepada Jokowi ternyata membuka dialog cukup besar di Indonesia.
Editor: Melia Istighfaroh
Persoalan itu dianggap mengancam kebebasan berorganisasi dan gerakan kritis mahasiswa.
"Kita tidak ingin mahasiswa dalam bergerak atau berorganisasi dan berkreasi itu dikungkang, oleh peraturan yang kemudian dibatasi ruang gerak mahasiswa," papar Zaadit.
Tuntutan Zaadit ini rupanya dibenarkan oleh para ketua BEM.
Mereka menganggap aturan yang dibuat justru menghambat ruang ekspresi dan aspirasi mahasiswa di Indonesia.
Begitu pula yang diungkap oleh Obed.
Obed menambahkan, munculnya aturan tersebut terkesan seperti mengatur lembaga mahasiswa di Indonesia secara seragam.
Padahal, kata Obed, kebutuhan kegiatan atau aspirasi di setiap lembaga mahasiswa di masing-masing universitas itu berbeda.
"Aturan ini seperti memiliki kesan untuk mengatur lembaga mahasiswa secara menyeluruh. Seperti diseragamkan seluruh Indonesia. Padahal kebutuhan di setiap universitas itu berbeda-beda," ungkap Obed.
Presiden Mahasiswa UGM ini semakin mendapat pujian saat memaparkan closing statement atau ucapan penutup kepada pemerintah.

Saat Najwa mempersilahkan masing-masing ketua BEM untuk mencurahkan closing statement mereka, ucapan Obed-lah yang mendapat banyak dukungan dan pujian.
Hal tersebut tampak dari berbagai komentar warganet di lini masa Twitter saat menonton acara Mata Najwa tadi malam hingga muncul tagar popular #KartuKuningJokowi.
Dalam pengakuannya saat closing statement, Obed menghimbau agar tak terjadi lagi perpecahan di Tanah Air.
Tak selamanya, kata Obed, orang yang mengkritik pemerintah akan disebut sebagai anti pemerintah.
Begitu pula sebaliknya, orang yang mendukung pemerintah belum tentu menjadi orang yang pro pemerintah.
Perbedaan-perbedaan tersebut menimbulkan kesalahpahaman yang menyebabkan perpecahan di beberapa lapisan masyarakat.