Jonghyun SHINee Tewas - Inilah Ciri Orang yang Berniat Bunuh Diri dan Cara Cegahnya!
Diketahui, Jonghyun tewas bunuh diri menggunakan briket. Briket tersebut dibakar di atas penggorengan. Lalu, dirinya mengunci diri di dalam kamar.
Penulis: Burhanudin Ghafar Rahman
Editor: Melia Istighfaroh
Namun, menurut Benny Prawira, psikolog pendiri Into the Light Indonesia, Gerakan remaja peduli kesehatan jiwa dan pencegahan bunuh diri di Indonesia mengatakan kondisi lingkungan berperan lebih banyak dalam ekspresi gen tersebut.
Akhirnya, lagi-lagi kondisi psikososial kita juga-lah yang berperan besar dalam memprediksi kemunculan perilaku bunuh diri.
Contoh, Ibu X sudah memiliki riwayat percobaan bunuh diri dan akhirnya meninggal bunuh diri di saat anaknya masih kecil.
“Asumsinya, si anak memiliki gen si ibu. Tapi, jika kondisi psikososial si anak ini sehat dan tidak memberikan tekanan yang hebat, si anak tidak akan memiliki kecenderungan bunuh diri," kata Benny
Penyebab bunuh diri tidak bisa dilihat hanya satu faktor saja, karena bersifat multikompleks.
Ada faktor biologis, psikologis dan sosial yang saling bertumpang tindih.
Faktor risiko secara psikologis yang secara umum dianggap dapat meningkatkan kemungkinan bunuh diri adalah depresi, keputusasaan, kesepian, perasaan menjadi beban, serta gangguan trauma atau penyalahgunaan zat.
Faktor risiko sosial bisa karena individu mengalami diskriminasi, marjinalisasi, dan stigmatisasi atas satu identitasnya, kesulitan finansial atas akses kesehatan jiwa, akses pelayanan kesehatan jiwa yang jauh jaraknya, dan lainnya.'
Menurut Benny, tanda orang yang berniat atau memiliki gagasan untuk bunuh diri, biasanya akan menunjukkan perubahan perilaku.
"Tadinya suka bergaul bersama kita tapi sekarang jadi murung dan menarik diri. Secara virtual, misalnya dia tiba-tiba keluar dari grup WA, foto profilnya berubah jadi hitam atau gelap, terbalik atau diganti dengan meme bernuansa depresif atau kematian," jelas Benny.
Kita sebenarnya bisa mencegah dan membantu mereka yang memiliki kecenderungan seperti ini.
Namun itu tak mudah
Untuk menghadapi situasi itu, Benny menyarankan:
"Yang pertama, sebelum dapat berempati kepada seseorang, kita harus tahan asumsi kita terlebih dahulu."
"Asumsi atau penghakiman seperti 'Kurang iman, begitu saja lemah, bodoh, putus asa', harus ditahan.”