Breaking News:

Inspirasi

Penelitiannya Soal Game Disia-sia Sampai 11 Kali di Indonesia, Anak SMA ini Justru Dilirik Google

Diajukan sejak tahun 2016, proposal penelitian milik Farrel selalu ditolak di Indonesia. "Ya, kalau dihitung sampai 11 kali tidak diterima," katanya.

Penulis: Bobby Wiratama
Editor: Bobby Wiratama
KOMPAS.com / Wijaya Kusuma

"Thomas Alva Edison 1.000 kali gagal, mosok saya baru 11 kali terus menyerah. Untuk jadi Alva Edison saya butuh 989 kali mencoba, saya hitung terus dan masih lama, masih lama," urainya.

Dengan sikap pantang menyerah yang begitu kuat inilah Farrel pun mencoba mengikuti segala macam event ilmiah yang ia ketahui.

Suatu hari,Farrel melihat sebuah pengumuman dari Google di media online tentang lomba penelitian. 

Ia pun tidak ingin melewatkan kesempatan itu dengan mengajukan proposal ke perusahaan raksasa teknologi itu.

"Namanya submit reset, saya sudah pasrah dan enggak mikir diterima. Eh, ternyata setelah satu minggu ada e-mail masuk, memberitahu kalau saya lolos," kata Farrel.

Setelah proposalnya dinyatakan lolos, Farrel masih harus menjalani tes wawancara untuk memastikan penelitiannya adalah asli karyanya. 

"Saat dinyatakan lolos wawancara, satu yang saya pikirkan, yakni uang, karena tidak ada biaya akomodasi. Lalu saya hanya ada waktu dua minggu untuk mengurus surat-surat, termasuk mencari uang akomodasi. Tapi ternyata Tuhan memberi jalan, dapat sponsor dan mengurus visa bisa cepat, sampai akhirnya berangkat," ujarnya.

Pada 15-20 Februari 2017, Farrel berada di kantor Google Mountain View, California, Amerika.

Selama di kantor Google, Farrel mempresentasikan penelitiannya di hadapan seluruh peserta dari sejumlah negara yang lolos.

"Saya satu-satunya dari Indonesia, dan selama di sana itu presentasi, diskusi, sharing dengan orang-orang dari negara-negara lain yang lolos. Kami masing-masing didampingi satu mentor dari Google," bebernya.

Farrel mengaku senang berada di kantor Google. Farrel merasa takjub dengan sistem dan teknologi yang diterapkan di kantor Google.

"Senang sekali, jadi kantornya itu seperti kompleks, bersih dan teknologinya luar biasa, ada mobil pintar, mobil listrik, dan ada sepeda. Internetnya juga cepat sekali," ujarnya

Menurutnya, banyak pelajaran yang didapat selama dirinya berada di kantor Google.

Salah satunya adalah keterbukaan dalam sharing mengenai penelitian dan saling memberi masukan.

Nilai itulah yang selanjutnya akan dilakukan oleh Farrel setelah pulang ke Indonesia. Farrel ingin membagikan pengalaman dan ilmu yang didapatnya kepada semua orang.

" Penelitian saya saat ini sudah digunakan, tetapi masih terus disempurnakan. Tetapi, secara pribadi ingin berbagi ilmu dan cerita untuk orang lain, ini yang paling penting, terus membuat komunitas pelajar di Yogya yang suka dengan penelitian dan komputer," tuturnya.

(TribunStyle.com/ Bobby Wiratama)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved