Sebanyak 29 Nenek Pergi ke Sekolah Pertama Kali Diantar Masing-masing Cucu, Alasannya Bikin Trenyuh!
Mereka mengenakan seragam sekolah dan masing-masing membawa sebuah tas jinjing yang berisi papan tulis kecil dan kapur tulis.
Editor: Cecylia Rura Patulak
TRIBUNSTYLE.COM - Mereka mengenakan seragam sekolah dan masing-masing membawa sebuah tas jinjing yang berisi papan tulis kecil dan kapur tulis.
Di dalam ruangan sekolah mereka dengan antusias belajar membaca alfabet.
Uniknya, mereka bukan anak-anak kecil, melainkan nenek-nenek warga India yang berumur antara 60 sampai 90 tahun.
Baca: Nenek yang Dipaksa Mengemis Cucunya Ini Menolak Dimasukkan Panti Jompo, Alasannya Mengharukan!
Perempuan-perempuan itu tidak sempat belajar menulis dan membaca ketika masih muda, karena pendidikan hanya diutamakan bagi anak laki-laki.
Tapi kini, perempuan-perempuan itu, kebanyakan sudah menjadi janda, bisa meraih cita-cita mereka sejak kecil untuk melek huruf.
“Saya tidak pernah sekolah ketika masih kecil, tapi kini saya senang bisa belajar bersama kawan-kawan saya,” kata Gulab Kedar (62), sambil tersenyum lebar.
Ia dan kawan-kawan sekelasnya mengenakan pakaian sari berwarna merah jambu.
Sekolah untuk nenek-nenek itu pada Rabu (8/3/2017) ini memperingati ulang tahunnya yang pertama, bersamaan dengan Hari Perempuan Internasional.
Setiap hari, ke-29 perempuan itu berjalan kaki dari rumah mereka di desa Phangane, di distrik Maharashtra, India, ke sekolah untuk perempuan lanjut usia yang tidak jauh dari sana.
Cucu-cucu mereka ikut mengantarkan ke sekolah. Dari jam dua siang sampai jam empat mereka duduk bersila di lantai kelas yang dialas dengan tikar bambu.
Guru mereka, Sheetal More yang berusia 30 tahun, mengajar mereka membaca dan berlatih menulis nama mereka dengan kapur di atas papan tulis kecil. Mereka juga belajar ilmu hitung sederhana.
Perempuan-perempuan itu punya cerita yang hampir sama.
Ketika masih kecil sampai gadis mereka tinggal di rumah membantu ibu-ibu mereka mengurus keluarga, sementara saudara laki-laki mereka pergi ke sekolah.
Setelah menikah, mereka harus mengurus rumah dan keluarga masing-masing, sehingga tidak pernah ada kesempatan untuk belajar menulis dan membaca.