Stop Ujaran Kebencian di Facebook! Nekat, Akunmu Akan Diblokir! Simak Warning Mark Zuckerberg Ini
Jangan lagi menebar kebencian dan saling serang dan ejek, lewat Facebook. Risikonya, akunmu akan diblokir! Nih warning bos Facebook, Mark Zuckerberg!
Penulis: Agung Budi Santoso
Editor: Agung Budi Santoso
"Kita bangun intelijen memerangi terorisme," tegasnya.
Manajemen Facebook merasa perlu memblokir akun-akun penyebar ujaran kebencian demi melindungi jutaan pengguna lain yang merasa semakin tidak nyaman menggunakan media sosial ini.
"Kita perlu memastikan bisa melindungi privasi banyak orang," tegasnya.
Pantauan TribunStyle.com, video Mark Zuckherberg ini belakangan viral di Indonesia.
Banyak orang yang tak ingin kenyamanannya terganggu nge-share video Zuckerberg ini sebagai warning kepada mereka yang suka menebar ujaran kebencian.
Berikut pidato Mark Zuckerberg tentang rencana mendeteksi akun-akun ujaran kebencian dan kemungkinan memblokirnya:
Ujaran Kebencian dan Saling Ledek di Media Sosial Makin Mencemaskan
Apa solusi yang paling tepat mengendalikan ujaran kebencian?
Jamie Bartlett, Direktur Pusat Analisis Media Sosial pada kajian Demos, menulis buku yang agak berbeda dari isu arus utama soal pertautan antara internet, termasuk media sosial dan demokrasi.
Alih-alih menulis bagaimana internet membantu penguatan demokrasi, dalam buku The Dark Net: Inside the Digital Underworld (2014), Bartlett menguraikan sisi "gelap" internet dari hasil observasi partisipatifnya, mulai dari situs pasar asasinasi, trolling (provokasi), perdagangan obat terlarang dalam jaringan, pornografi anak, hingga penyebaran pesan kebencian dari kelompok garis keras sayap kanan Eropa.
Barlett tidak berniat menumbuhkan ketidakpercayaan terhadap internet. Namun, ia ingin mendudukkan internet sebagai alat yang sudah bertautan erat dengan kehidupan manusia.
Sebagai alat, internet bisa berdampak positif, tetapi juga negatif.
Menurut dia, internet sudah menjadi platform politik yang penting di berbagai belahan dunia, mulai dari kampanye Barack Obama di Amerika Serikat hingga flash mob gerakan pendudukan.
"Akan tetapi, teknik yang sama juga digunakan gerakan-gerakan politik ekstrem untuk menyebarkan pesan kebencian dan merekrut pendukung baru," tulis Barlett dalam buku itu.
Di Indonesia, contoh positif dan negatif media sosial sama-sama ada. Penggunaan media sosial untuk aktivitas kriminal sudah beberapa kali diungkap Polri, semisal prostitusi daring ataupun penipuan berbasis media daring.
