Istilah Mahasiswa Abadi - Kerap Ditemui di Kampus, Berikut Asal Usul Munculnya Sebutan Ini
Tidak hanya lama, pada suatu titik, tidak jelas kapan mahasiswa itu akan lulus. Tidak sedikit dari mereka yang akhirnya tidak lulus kuliah.
Editor: Cecylia Rura Patulak
Mereka tidak lagi tahu apa tujuan mereka kuliah. Sebagian sekedar mencari pelarian, karena nilai mereka yang buruk.
Yang sibuk dengan bisnis, ada yang benar-benar sibuk berbisnis, dan bisnisnya bagus. Orang-orang seperti ini memang sebenarnya tidak perlu lagi meneruskan kuliah.
Mereka sudah punya segala sesuatu yang dibutuhkan. Tapi tidak sedikit pula yang sebenarnya hanya pura-pura berbisnis. Mereka sebenarnya sedang melarikan diri dari kuliah.
Lalu, ada satu lagi jenis mahasiswa abadi, yang wujudnya agak samar. Mereka cukup lancar kuliah, bisa lulus, tapi tidak sampai punya kemampuan memadai untuk masuk ke dunia kerja.
Mereka tidak punya cukup skill. Mereka tidak laku di dunia kerja.
Lalu, apa yang mereka lakukan? Kuliah lagi, ambil S2. Mereka mengira ijazah S2 akan menyelamatkan mereka kelak.
Secara keseluruhan, mahasiswa abadi adalah orang-orang yang hidup tanpa manajemen diri.
Mereka tidak merumuskan tujuan hidup dengan jelas, tidak punya visi soal masa depan diri sendiri, tidak membuat rencana untuk menjalani hidup, dan tidak hidup menjalani suatu rencana.
Hidup mengalir dalam wujud kebetulan-kebetulan. Kalau kebetulannya baik, dapatlah mereka sesuatu. Kalau buruk, terpuruklah mereka.
Tidak sedikit mahasiwa yang belum paham, apa itu kuliah. Mereka berfantasi, menganggap kuliah itu adalah kotak hitam ajaib, siapa saja yang masuk lalu keluar dari situ akan jadi orang sukses.
Mereka tidak sadar bahwa kuliah itu adalah seperangkat proses kerja keras, dengan membawa sebuah visi.
Ada banyak mahasiswa yang bermimpi, tapi tidak mengenali jalan menuju mimpinya. Atau, mereka tidak pernah menerjemahkan mimpi itu menjadi rencana-rencana untuk dijalani.
Mereka tidur abadi, terbuai mimpi, dalam keadaan jasad mereka hidup melakukan berbagai kegiatan.
Apa yang mesti dilakukan? Bangun, tatap masa depan. Tentukan visi, mau jadi apa saya.
Berdasarkan visi itu, susun rencana. Kuliah apa yang akan diambil, kegiatan apa yang akan dilakukan, skill apa yang akan dibangun.
Tetapkan jangka waktu pencapaian. Eksekusi, jalankan rencana itu. Evaluasi pencapaiannya secara periodik.
Bila ada yang belum sesuai target, lakukan tindakan koreksi. Inilah yang disebut mekanisme plan-do-check-action (PDCA).
(Sumber: Doktor Fisika Terapan, Hasanudin Abdurakhman/Kolom Kompas.com)