Breaking News:

Istilah Mahasiswa Abadi - Kerap Ditemui di Kampus, Berikut Asal Usul Munculnya Sebutan Ini

Tidak hanya lama, pada suatu titik, tidak jelas kapan mahasiswa itu akan lulus. Tidak sedikit dari mereka yang akhirnya tidak lulus kuliah.

Editor: Cecylia Rura Patulak
THINKSTOCKPHOTOS
Carilah informasi sebanyak-banyaknya. Kontak kawan atau alumni yang pernah kuliah di universitas sama. 

TRIBUNSTYLE.COM - Istilah ini populer pada tahun 70-90. Tapi saat ini pun sebenarnya fenomena ini masih ada. Mahasiswa abadi adalah mahasiswa yang masa kuliahnya lama.

Tidak hanya lama, pada suatu titik, tidak jelas kapan mahasiswa itu akan lulus. Tidak sedikit dari mereka yang akhirnya tidak lulus kuliah.

Gejala ini marak di tahun 80-an, sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan drop out (DO).

Pada 2 tahun pertama dilakukan evaluasi dengan ambang batas yang telah ditetapkan. Bila ambang batas itu tidak dilampaui, maka mahasiswa itu akan kena DO.

Kebijakan ini tidak berjalan dengan efektif. Banyak kampus yang tidak tega menerapkannya dengan ketat.

Kini masa kuliah diperpendek jadi 4 tahun. Mahasiswa didorong untuk lulus cepat. Gejala mahasiswa abadi sudah turun drastis. Tapi bukan berarti sudah musnah sama sekali.

Ada banyak jenis mahasiswa abadi. Ada yang pada awalnya lancar, setiap mata kuliah dia lulus dengan nilai baik, tapi mentok pada saat harus menulis skripsi. Skripsi tidak kunjung jadi, selama bertahun-tahun.

Ada pula yang sejak awal terseok-seok, dan terus begitu sepanjang kuliah. Ada juga yang tidak kuliah, sibuk dengan hal-hal lain di luar itu. Mereka sibuk menjadi aktivis, atau sibuk berbisnis.

Mahasiswa abadi tipe pertama adalah mahasiswa yang gagal membangun kemampuan belajar. Ia tidak bertransformasi menjadi orang yang mampu belajar mandiri.

Orang-orang ini belajar dengan tipe anak-anak, tidak masuk ke cara belajar orang dewasa (adult learning).

Ia hanya sanggup belajar dengan cara menghafal, pada hal-hal yang disodorkan padanya. Ia tidak sanggup mencari sendiri bahan pelajaran, meramunya menjadi pengetahuan baru, yang bisa ia pakai untuk menyelesaikan masalah.

Mahasiswa yang terseok-seok sejak awal adalah mahasiswa yang boleh jadi memang tidak layak kuliah.

Kemampuan intelektualnya tidak memadai. Tapi ia tetap memaksakan diri untuk kuliah, mengikut arus. Atau, dipaksa oleh orang tua untuk kuliah.

Mereka kuliah tanpa kemampuan, tanpa tujuan, dan tanpa semangat.

Adapun yang sibuk dengan aktivitas lain di luar kuliah, mereka adalah orang-orang yang kehilangan tujuan.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Tags:
Kompas.comHasanudin AbdurakhmanTribunStyle.com
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved