Pilpres 2019
Elektabilitas Jokowi vs Prabowo Setelah Debat Ke-2 Capres, UPDATE SURVEI Jumat 22 Februari 2019
Elektabilitas Jokowi vs Prabowo Setelah Debat Ke-2 Capres, UPDATE SURVEI Jumat 22 Februari 2019
Penulis: Agung Budi Santoso
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNSTYLE.COM - Inilah update terbaru elektabilitas Calon Presiden 2019 Jokowi dibanding Calon Presiden 2019 Prabowo Subianto hari ini Jumat 22 Februari 2019 versi arus obrolan di media sosial yang TribunStyle.com kutip dari situs PoliticaWave.com .
Perkembangan arus obrolan media sosial hingga hari ini Jumat 21 Februari 2019, pasangan Jokowi - Maruf Amin mendapatkan sentimen positif di media sosial sebanyak 704.731 suara dari sisi 'Candicate Electability .'
Sedangkan pasangan calon / Paslon nomor urut 02, Prabowo Subianto - Sandiaga Uno meraup 567.797 sentimen suara.
• VIDEO MENGHARUKAN Shakira Aurum Anak Denada yang Kena Leukimia Menangis Ditengok Presiden Jokowi
• Siapa Lebih Unggul di Hasil Survey Elektabilitas Capres-Cawapres Pilpres 2019 dari 11 Lembaga
• 5 Anak Menteri Jokowi Cantik & Pintarnya Saingi Ortu dari Anak Susi Pudjiastuti Sampai Tjahjo Kumolo
Candidate electability yang dimaksudkan Politca Wave adalah indikator menampilkan posisi kandidat dalam sentimen indeks obrolan di media sosial pasca debat ke-2 Capres 2019.
"Kandidat dikatakan baik apabila memiliki sentimen indeks yang lebih besar dari kandidat lain," kata Direktur Politica Wave, Jose Rizal.
Sementara dari sisi menggugah kesadaran (share of awareness), Jokowi - Maruf Amin mendapatkan sentimen 55,7 persen suara atau persisnya 1.678.159 sentimen dari responden.
• Elektabilitas Jokowi vs Prabowo Setelah Debat Ke-2 Capres, UPDATE SURVEI Kamis 21 Februari 2019
Adapun Prabowo Subianto - Sandiaga Uno meraup 44,3 persen atau persisnya 1.335.217 sentimen responden media sosial.
Adapun dari sisi 'Trend of Awareness' pegiat media sosial dalam mengampanyekan pasangan calon presiden dan calon presiden 2019, Jokowi - Maruf Amin hingga Jumat Pagi 22 Februari 2019 mendapatkan 52.077 sentimen.
Sementara pasangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno meraup 33.492 sentimen.
Adapun besaran 'Share of Citizen' yang dipantau Politica Wave hingga Jumat pagi 22 Februari 2019 di media sosial, kedua paslon terus bersaing sengit.
Jokowi - Maruf Amin menggaet 251.882 suara atau 58,1 persen.
Sedangkan Prabowo - Sandiaga Uno menjaring 181.391 atau 41,9 persen sentimen.
Simak selengkapnya di tautan ini ..

Cibiran Fadli Zon untuk Jokowi dan Balasan Maruarar untuk Prabowo
Politisi Partai Gerindra Fadli Zon dan politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Maruarar Sirait sempat berdebat mengenai rekam jejak calon presiden yang mereka jagokan.
Perdebatan itu terjadi dalam sebuah acara diskusi bertajuk "Batasan Norma Dalam Debat Capres" di media center DPR RI, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (21/2/2019).
Hadir pula Komisioner Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Rahmat Bagja sebagai salah satu narasumber diskusi.
Mereka diundang untuk membahas polemik dugaan pelanggaran tata tertib debat kedua oleh calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo.
Perdebatan bermula saat Fadli Zon menuturkan pandangannya mengenai penampilan kedua calon presiden dalam berdebat.
• Kenalkan, Fika Fawzia Asisten Menteri Susi Pudjiastuti yang Berhasil Curi Perhatian, Cantik Banget!

Menurut dia, calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto tampil layaknya seorang negarawan yang menyentuh persoalan substantif, filosofis, dan strategis.
Sementara itu, Fadli menganggap Jokowi seperti sedang menjalani "managerial debate" karena terlalu banyak memaparkan data dan angka serta hal-hal teknis.
"Sebetulnya debat juga satu contest of character dari masing-masing kandidat bagaimana dia menempatkan diri," ujar Fadli.
• Penampakan Rumah Susi Pudjiastuti di Pangandaran, Ada Asrama untuk 400 Pegawai
"Apakah dia menempatkan diri sebagai seorang negarawan atau dia sebagai politisi, apakah dia sebagai manajer atau dia sebagai tukang. Diibaratkan begitu," tuturnya.
Saat mendapat giliran berbicara, Maruarar membalas kritik yang dilontarkan Fadli. Maruarar mengatakan, Jokowi memang sudah terbiasa dihina oleh lawan politiknya.
Kendati demikian, kata Maruarar, masyarakat lebih melihat rekam jejak Jokowi sebagai pemimpin. Misalnya, saat Jokowi menjadi Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta dan Presiden RI.
Terbukti Jokowi juga berhasil memperoleh suara terbanyak dalam Pilkada DKI Jakarta 2012 dan Pilpres 2014.
Maruarar pun menyinggung catatan Prabowo yang tak pernah menang, baik ketika menjadi cawapres pada Pilpres 2009 dan sebagai capres di Pilpres 2014.
"Terbukti Pak Jokowi enggak pernah kalah dalam kontestasi politik yang dipilih langsung oleh Rakyat dan Bapak Prabowo kebetulan belum pernah menang, kecuali jadi Ketua Umum Gerindra," ucap Maruarar. Pernyataan politisi PDI-P itu lantas membuat sejumlah peserta diskusi tertawa kecil.
Prabowo, lanjut Maruarar, belum pernah memiliki rekam jejak bisa meyakinkan rakyat. Bahkan Prabowo disebut belum pernah menjadi pemimpin di level kota seperti ketika Jokowi menjadi Wali Kota Solo.
"Untuk jadi Gubernur juga belum pernah. Apalagi jadi presiden. Itu fakta," kata Maruarar.
Mendengar kritikan itu, Fadli Zon menjawab dengan memaparkan sejumlah prestasi yang penah diraih Prabowo sewaktu masih aktif di TNI.

Bagaimana Prabowo menapaki karier militernya dan berhasil menjabat Komandan Jenderal Kopassus hingga Panglima Kostrad serta berhasil mendapat pangkat Letnan Jenderal.
Artinya, rekam jejak prestasi Prabowo harus dilihat sejak aktif sebagai tentara dan tak bisa dibandingkan dengan prestasi Jokowi sebagai sipil.
Fadli juga menuturkan keberhasilan Prabowo membangun Partai Gerindra. Meski partai baru, Gerindra berhasil masuk peringkat tiga besar pada Pemilu 2014.
"Tetapi kalau sebagai satu champion ya Pak Prabowo menurut saya mendirikan partai politik itu adalah komitmen terhadap demokrasi dan Gerindra sebagai partai yang relatif baru sekarang ya nomor 3 dari hasil Pemilu 2014. Di dalam banyak survei sekarang masuk di dalam 2 besar," ucap Fadli.
Fadli menampik anggapan Prabowo tidak pernah menang dalam kontestasi Pilpres. Sebab pada Pilpres 2009, Prabowo maju sebagai cawapres mendampingi Megawati Soekarnoputri.
Fadli mengakui kekalahan Prabowo pada Pilres 2014. Namun, kata Fadli, pasangan Jokowi-Jusuf Kalla saat itu unggul tipis dari Prabowo-Hatta.
Selain itu, kubu Prabowo-Hatta juga mengajukan sengketa hasil pemilu ke Mahkamah Konstitusi (MK) karena ada indikasi kecurangan.
"Sebagai capres Pak Prabowo baru kalah sekali ibaratnya. Itupun dengan sebuah catatan, waktu itu kami ajukan sampai ke mahkamah konstitusi dan relatif angkanya juga tidak terlalu jauh," ujar politisi yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua DPR itu.
Ketika Fadli dan Maruarar berdebat, Komisioner Bawaslu Rahmat Bagja yang berada di tengah mereka tampak ikut menyimak.
Ia duduk sambil melipat tangan di depan dada. Sesekali ia tersenyum sambil melemparkan pandangan ke dua politisi itu. (Kompas.com/ Kristianto Erdianto)