Kecanggihan AI "hidupkan" orang meninggal
Wu adalah satu dari sekian banyak orang di China yang beralih ke AI untuk menciptakan avatar yang mirip dengan orang yang telah meninggal.
Namun, Wu ingin membuat replika yang sepenuhnya realistis dan berperilaku seperti anaknya yang telah meninggal dan berada dalam realitas virtual.
"Setelah kami menyinkronkan realitas dan metaverse, saya akan memiliki anak saya lagi. Saya bisa melatihnya sehingga ketika ia melihat saya, ia tahu bahwa saya adalah ayahnya," kata Wu.
Wu kini mulai meneliti cara untuk "membangkitkan" sosok anaknya setelah ChatGPT booming di China.
Wu memutuskan untuk mengumpulkan foto, video, dan rekaman audio milik putranya lalu membayar perusahaan AI untuk mengkloning suara dan wajah Xuanmo.
Hasil yang diperoleh Wu memang belum sempurna. Namun, ia sudah membentuk tim kerja untuk membuat database yang berisi banyak sekali informasi tentang putranya.
Wu berharap dapat memasukkannya ke dalam algoritma yang kuat untuk membuat avatar yang mampu meniru pola pikir dan pola bicara putranya dengan sangat presisi.
Kebutuhan "menghidupkan" orang meninggal meningkat
Beberapa perusahaan yang berspesialisasi dalam ghost bots memang telah muncul di AS dalam beberapa tahun terakhir.
Kendati demikian, pendiri perusahaan AI Super Brain yang pernah berkolaborasi dengan Wu, Zhang Zewei, menilai bahwa teknologi tersebut tengah berkembang pesat di China.
"Dalam hal teknologi AI, Tiongkok berada di kelas tertinggi di seluruh dunia," ujar Zhang dikutip dari Channel News Asia.
"Dan ada begitu banyak orang di China, banyak yang memiliki kebutuhan emosional, yang memberi kami keuntungan dalam hal permintaan pasar," tambahnya.
Baca juga: Artificial Intelligence (AI) - Pengertian, Perkembangan, Cara Kerja, dan Dampaknya
Tarif "menghidupkan" orang meninggal dengan AI
Perusahaan yang menyediakan jasa untuk menghadirkan orang yang sudah meninggal dalam wujud virtual maupun audio mematok harga yang tidak murah.