"Selamat tinggal Maya," ucap salah satu tentara Hamas. Sang wanita yang diketahui bernama Maya, dengan tersenyum menjawab "Selamat tinggal, syukron (terima kasih),"
“Mereka bersahabat dengan kami dan merawat seorang pria yang terluka parah dalam kecelakaan sepeda. Ada seorang perawat yang merawatnya dan memberinya obat-obatan dan antibiotik,” ujar salah satu sandera dalam video.
“Mereka ramah dan menjaga kebersihan tempat dan kami makan bersama. Ketika kami tiba, mereka mengatakan bahwa mereka adalah Muslim yang percaya pada Alquran dan tidak akan menyakiti kami. Mereka sangat murah hati dan ini harus dikatakan,” tambahnya.
Berbanding Terbalik Perlakuan Israel
Hal tersebut justru berbanding terbalik dengan kondisi tawanan Palestina yang disandera Israel. Para sandera asal Palestina mengungkap bahwa pihaknya diperlakukan kurang baik selama ditahan di penjara Israel.
Marah Bakeer, satu dari 39 tahanan asal Palestina yang dibebaskan dari penjara Israel, wanita 24 tahun ini dipenjara ketika berusia 16 tahun saat masih bersekolah, setelah dituduh berusaha menusuk petugas Israel pada Oktober 2015 ketika sedang dalam perjalanan ke sekolah.
Meski pulang dalam keadaan selamat, namun Bakeer mengatakan bahwa selama ditahan pemerintah Israel banyak tahanan yang mengalami siksaan dan tak pernah mendapatkan perawatan medis selama bertahun – tahun.
“Semua tahanan mengalami pengabaian medis tingkat tinggi saat ditahan,” katanya. Bakeer sebagaimana dikutip dari Al Jazeera.
Adapula Maysoon Al-Jabali, tahanan tertua yang dibebaskan juga turut berbicara tentang perlakukan Israel yang tidak manusiawi, ia mengaku dipukul dan harus menahan lapar,
"Para gadis tahanan dibiarkan menangis, karena mereka mengalami banyak pelanggaran di penjara, dan tingkat keparahan praktik ini meningkat setelah tanggal 7 Oktober lalu," kata Jaabis.
(*)
Artikel diolah dari Tribunnews.com dan Tribunnews.com