Berita Viral

SOSOK Mahasiswi Unpad Punya Nama Unik, 'Jian Ayune Sundul Langit', Ternyata Anak Bupati Ponorogo

Editor: Putri Asti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sosok Jian Ayune Sundul Langit, anak Bupati Ponorogo

TRIBUNSTYLE.COM - Nama salah satu wisudawati Univeristas Padjadjaran (Unpad) belakangan ini viral di media sosial.

Sebab, mahasiswi tersebut memiliki nama yang unik, yakni Jian Ayune Sundul Langit.

Tak disangka-sangka, ternyata dia adalah anak Bupati Ponorogo.

Seperti apa sosok Jian Ayune Sundul Langit? Apa makna dibalik namanya itu?

Sosok Jian Ayune Sundul Langit

Anak sulung Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko viral.

Bagaimana tidak, nama yang dimiliki unik dan punya filosofi mendalam.

Baca juga: SOSOK Wiwit Nur Hidayah Wanita Asal Garut Raih Gelar Doktor Kimia Termuda, Usia 25 Tahun!

Adalah sosok Jian Ayune Sundul Langit.

Rupanya tak sekedar unik, Kang Giri (sapaan akrab Sugiri Sancoko) mengaku bahwa ada arti serta doa yang cukup mendalam pada Jian Ayune Sundul Langit ini.

Jian Ayune Sundul Langit diambil dari bahasa Jawa.

Secara harfiah, Jian artinya Wah, Ayune adalah cantiknya, Sundul adalah mentok, Langit adalah sendiri tidak ada yang lebih tinggi.

“Saya ini kan orangnya lugu ibunya yang lugu tidak bisa berpuisi, berprosa maka pengin mempersuasikan bahwa anak saya cantik,” ujar Kang Giri saat ditemui Tribunjatim.com, Sabtu (12/8/2023).

Tidak hanya cantik wajah atau fisik, kata dia, namun juga cantik moralnya, cantik kecerdasan spiritual dan kecerdasan yang lain.

Jian Ayune Sundul Langit ternyata anak Bupati Ponorogo

Baca juga: SOSOK Emanuel Selviano, Anak Pedagang Cilok Dilantik Perwira TNI AD, Bangga Kini Menjadi Letnan 2

Maka Kang Giri sepakat dengan istrinya Susilowati untuk memberi nama Jian Ayune Sundul Langit.

“maka saya kasih nama tinggi Jian Ayune Sundul Langit kan gak ada lagi selain langit mentok. Jadi cantiknya sangat cantik sekali,” tegasnya.

Menurutnya, kata Sundul Langit diambil dari salah satu tokoh dalam legenda Kabupaten Ponorogo yakni Songgolangit.

“Sundul Langit dari putri Songgolangit, Ponorogo. Kita pengen anak kita cantik tidak hanya di wajah saja tapi juga perilaku,” beber Susi, istri dari Kang Giri.

Lebih lanjut, jika nama unik itu membuat anak sulungnya yang baru lulus dari Univeristas Padjadjaran (Unpad) itu mempunyai modal yang mumpuni.

“Suatu saat mau jadi politisi mau nyaleg, caleg nomer urut 1, Jian ayune sundul langit namanya. Kan keren kan,” pungkas Kang Giri sambil berkelekar.

Kisah Lainnya - Perjuangan Anak Kuli Bangunan di Bandung Lulus Bintara Polri, Ortu Terharu: Bayangin Aja Gak Berani

Kisah perjuangan M Zadani, anak kuli bangunan yang lulus Bintara Polri, orang tua terharu: dulu membayangkan aja nggak berani.

Luar biasa perjuangan anak kuli bangunan di Bandung, Jawa Barat yang lulus menjadi anggota polisi. 

Pria tersebut adalah M Zadani Haykal Taufiq (19), yang akhirnya dinyatakan lulus bintara Polri. 

Perjuangan Zadani untuk lolos seleksi bintara polisi dan kini sedang mengikuti pendidikan tidaklah mudah. 

Bahkan, orang tua Zadani, Dedy Taufiq dan Fitriani Hasanah, sampai tak percaya anaknya bisa melangkah sampai tahap akhir seleksi. 

M Zadani Haykal Taufiq, anak kuli bangunan yang lulus Bintara Polri

Baca juga: SOSOK Dwi Agung, Anak Juru Parkir Lolos Seleksi Polisi Tanpa Biaya, Terungkap Amalan Rutin Sang Ayah

"Yang pasti perasaannya bangga sekali dapat kabar anak saya lulus sebagai Polisi. Mengingat perjuangan dia selama ini, saya sangat menyaksikan sekali," ujar Dedy, dikutip dari TribunJabar.

Dedy mengatakan, awalnya tidak menyangka sama sekali anaknya lolos.

"Soalnya saya hanya sebatas kuli bangunan. Ngebayangin punya anak seorang polisi juga, saya seolah-olah sudah gak berani," ujar Dedi, didampingi Fitriani yang terlihat berkaca-kaca mengingat perjuangan anaknya.

Dedy dan Fitri mengaku sangat bangga, bahagia, dan terharu, kini anaknya bisa menggapai cita-citanya sejak kecil, yakni menjadi seorang polisi. 

"Alhamdulillah dengan tekad dan perjuangan anak saya bisa menjadi anggota polisi," kata Dedy.

Pernah gagal tahun 2022

Dedi menceritakan, ini merupakan seleksi yang kedua bagi anak bungsunya itu, pertama ikut seleksi Polisi tahun 2022.

"Saat ikut seleksi pertama itu posisinya anak saya masih sekolah, sedang ujian akhir. Tapi karena ada perekrutan, dia ngikut, sekolah juga memberikan dispensasi," tuturnya.

Sebab saat seleksi, kata Dedy, berbarengan dengan ujian akhir di sekolahnya, namun saat itu ia tak lolos.

Tak diterimanya saat itu, kata Dedy, menjadi pemicu anaknya tambah giat berlatih mempersiapkan diri untuk mengikuti seleksi kembali.

Tak lulus seleksi polisi setelah lulus sekolah, Zadani pun memilih bekerja di sebuah kafe.

"Dia mengumpulkan uang dari hasil kerjanya untuk bekal mengikuti seleksi masuk Polisi kembali," ujar dia.

Saat ada perekrutan polisi kembali, Dedy mengatakan, Zadani langsung mengajukan pengunduran diri (resign) dari tempat kerjanya untuk mengikuti seleksi. Beruntung, Zadani mendapat izin dari bosnya.

"Bagi saya uang yang dikumpulkan anak dari hasil kerjanya cukup besar, Rp 2 sampai Rp 3 juta. Itu digunakannya untuk kebutuhan, membuat berkas bekal seleksi dan lainnya, jadi tak minta ke saya," kata Dedy.

Jadi polisi adalah cita-cita sejak kecil

Jadi polisi adalah cita-cita sejak kecil

Memang, kata Dedy, tekad anaknya untuk menggapai cita-citanya sangat tinggi, jadi polisi sudah menjadi cita- citanya sejak kecil, bahkan saat ia TK sudah ingin menjadi polisi.

"Saya melihat persiapannya sangat gigih, mulai dari segi fisik dia selalu meluangkan waktunya untuk berolahraga, lari, ngegym, macam-macam," ujarnya.

Untuk mendukung dan membantu anaknya berlatih persiapan seleksi, Dedy mengaku hanya melakukan sesuai kemampuannya.

"Saya bisa ngelas, saya bikinkan buat pull up alakadarnya, saya bikinkan juga buat site up dan lain-lain. Kadang-kadang saya juga yang ngitung atau pegang stopwatch nya pas lagi latihan," ujar Dedi yang terlihat berkaca-kaca saat mengingat perjuangan anaknya.

Memang di depan rumah sederhana yang berukuran sekitar 4x6 meter ini, masih terdapat tiang untuk pull up yang digunakan Zadani berlatih.

Dedy mengatakan, memang banyak orang yang sempat bertanya kepadanya, punya uang berapa anaknya mau masuk polisi.

"Adanya pertanyaan orang tersebut, sempat membuat saya down, maklum pa, saya seorang kuli bangunan, tak banyak pengetahuan. Tapi anak saya bilang biar nanti Dede yang buktiin kalau masuk polisi itu tak pakai uang," kata Dedy.

Dedy mengaku, seorang kuli bangunan tak bisa berkata banyak jika ditanya soal uang, sebab upah sehari dari kerjanya hanya Rp 125 ribu, dan tak setiap hari mendapat pekerjaan.

Sedangkan Istrinya, Fitri, hanya menjadi ibu rumah tangga, dalam mengisi waktunya ia juga mengajar ngaji anak-anak di sekitar rumahnya. Sedangkan kakak Zadani hanya berjualan casing hanphone di pasar kaget.

Jadi, kata Dedy, jika ada yang menanyakan punya uang berapa untuk anaknya jadi polisi, membuatnya ragu dan down.

Namun kata Dedy, anaknya ini yang juga memberi motivasi kepadanya, supaya tetap tegar dan mendukung anaknya meski tak memiliki uang karena masuk polisi itu tak bayar.

Dedy mengaku, dirinya terus menerus mendoakan anaknya supaya bisa menggapai cita-citanya. Alhamdulillah kata Dedy, anaknya bisa membuktikannya dan kini masuk polisi.

"Kalau hal bayar membayar, saya tidak merasa membayar sepeser pun. Uang yang dikumpulkan anak saya itu hanya digunakan untuk bekal seleksi soalnya kan berangkat subuh pulang malam, jadi untuk ongkos dan makannya saja, paling mungkin untuk fotocopy berkas dan lainnya," tuturnya.

Artikel ini diolah dari TribunJatim.com dan Surya.co.id