Hal itu tentu saja berbeda dari yang diharapkan ayahnya.
Ayah Ruth, Harry, adalah mantan guru matematika dan sains yang bekerja di industri komputer.
Pada tahun 1976, pria ini mengesampingkan segalanya untuk fokus pada pendidikan putrinya.
Sebelumnya, ia memiliki 3 anak dari istri.
Namun, metodenya membesarkan anak membuat istrinya khawatir dan akhirnya harus membawa dua anaknya pergi dari rumah.
Usai ditinggal oleh istrinya, Harry menikah lagi dengan seorang wanita bernama Sylvia.
Istri kedua, Sylvia, lebih membebaskan Harry untuk mendidik anaknya.
Dia membiarkan Harry memfokuskan semua ambisinya untuk mengajar Ruth.
Ruth lulus dari Universitas Oxford pada usia 13 tahun. Dia menjadi wanita lulusan Oxford termuda.
Ruth menyelesaikan Doctor of Philosophy dalam matematika di sana pada Juni 1989 pada usia 17 tahun.
Kemudian, Ruth pindah ke AS ketika dia menerima tawaran pekerjaan di Universitas Harvard.
Ia menjadi mahasiswa PhD di sekolah paling bergengsi di dunia pada usia 19 tahun.
Tak puas sampai disitu, Ruth kemudian melanjutkan studinya di University of Michigan.
Kemudian, Ruth diangkat sebagai profesor di Universitas Harvard dan Universitas Michigan.
Hingga kini, ia masih menduduki peringkat ke-4 dalam daftar 10 pemegang gelar PhD termuda di dunia.
Wanita ini juga dianggap sebagai keajaiban matematika dengan 20 buku dan banyak karya terkenal tentang Matematika dan Fisika Kuantum.
Sampai hari ini, banyak karya Ruth masih diajarkan di universitas.
Pada tahun 1997, titik balik dalam kehidupan Ruth datang dan dia akhirnya harus meninggalkan keinginan ayahnya.
Ruth jatuh cinta dengan matematikawan Israel Ariyeh Neimark.
Ruth bersama suaminya kemudian bertekad untuk ke Israel. Di Israel, dirinya belajar bahasa Ibrani.
Pada tahun 1998, Ruth menikah dengan pacarnya, yang telah menikah sekali
Berbicara tentang pengalaman masa kecilnya dan pendidikan ayahnya, Ruth mengklaim dia tidak akan pernah membiarkan anak-anaknya mengalami hal yang sama.
Ruth ingin anak-anaknya tumbuh "normal dan alami".
Sepanjang pendidikan Ruth, Tuan Harry fokus pada putrinya agar jadi sosok yang jenius dan cermat.
Sang ayah melatihnya untuk menjadi yang terbaik tetapi dengan cara yang sangat keras.
Ruth dilarang oleh ayahnya untuk bermain dengan teman-temannya karena takut "percakapan sepele dan permainan sia-sia".
Ayah Ruth takut bahwa mereka akan membuat Ruth menjadi bodoh.
Baca juga: Laura Meizani ungkap Kabar Nikita Mirzani setelah Dilarikan ke Rumah Sakit: Dia Minta Balik
Alih-alih pergi ke sekolah, dia diajar oleh ayahnya dengan buku pelajaran yang sudah disiapkan sebelumnya.
Dapat dikatakan bahwa masa kecil Ruth dipenuhi dengan angka dan rumus.
Ruth benar-benar kehilangan kepolosannya seperti banyak anak lainnya.
Namun di masa dewasa, alih-alih menjabat menjadi ahli, dirinya lebih memilih untuk menjadi ibu rumah tangga.
Hal itu tentu saja membuyarkan prediksi dari para matematikawan dunia.
Hal itu juga memudarkan harapan ayahnya.
Ruth memutuskan untuk menjadi istri dan ibu untuk mengurus keluarga.
Meski begitu, sang ayah tetap bangga padanya.
Ruth telah membutikan prestasi kecerdasannya itu di bidang pendidikan.
Harry sangat menghargai segala pilihan yang telah Ruth pilih.
Sang ayah kini hanya berharap Ruth bisa hidup bahagia dengan pilihannya itu.
(*)
(TribunStyle.com/Jonisetiawan/Dika)